Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace: Baru 50 dari 5000 Produsen Setor Peta Jalan Pengurangan Sampah

Kompas.com - 01/07/2025, 13:09 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Greenpeace menyatakan bahwa meski Peraturan Menteri tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah olah Produsen sudah terbit sejak 2019, hingga kini baru 50 dari 5000 produsen yang menyetorkannya kepada pemerintah.  

Zero Waste Campaigner Greenpeace, Ibar Akbar, menyebut bahwa rentang yang sangat jauh itu disebabkan oleh berbagai tantangan yang belum berhasil diatasi, baik di pihak pemerintah maupun produsen.

Salah satu tantangan terbesar, menurutnya, adalah tidak adanya aturan yang bersifat memaksa. Produsen tidak diwajibkan secara tegas untuk menjalankan peta jalan tersebut sehingga mereka merasa tidak perlu memenuhi aturan yang telah ada.

“Padahal tanpa aturan yang tegas, limbah plastik salah kelola akan meningkat hingga 90 persen pada tahun 2040,” ujar Ibar Akbar dalam acara Greenpeace Indonesia "Multistakeholder Forum: Implementasi Peta Jalan Pengurangan Sampah" pada Senin (30/6/2025).

Baca juga: Lewat Label Kota Kotor, KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah

Ia menyoroti, masyarakat sebenarnya sudah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dalam mengurangi limbah plastik. Ia mencontohkan berkurangnya penggunaan plastik sekali pakai secara signifikan saat larangan resmi diterapkan di retail-retail Jakarta.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

“Awalnya kita tahu susah, tetapi karena terpaksa dan dibiasakan, akhirnya terbiasa juga untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai saat berbelanja,” jelas Ibar.

Kebiasaan positif juga muncul dalam kegiatan Greenpeace. Peserta bersedia memakai botol minum. Hasil riset mereka, People and Plastic, menunjukkan bahwa masyarakat juga bersedia mengurangi plastik, baik dari sisi konsumsi (hilir) maupun produksi (hulu).

Namun, Ibar menegaskan bahwa pilihan masyarakat terhadap gaya konsumsi berkelanjutan tetap bergantung pada alternatif yang tersedia. Tanpa peran aktif pemerintah, produsen akan kesulitan menghadirkan inovasi yang mendukung pengurangan plastik.

“Tetapi tanpa peran pemerintah juga, produsen akan kebingungan untuk melakukan inovasi dalam mengurangi penggunaan plastik dalam produknya,” ujar Ibar.

Baca juga: Danone Dorong Tanggung Jawab Kolektif Atasi Sampah Plastik

Ia menambahkan, regulasi yang kuat juga penting untuk mendukung start-up yang ingin mengembangkan skala inovasi dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, masyarakat dan produsen sebenarnya mampu dan bersedia mengurangi plastik, asalkan ada dukungan kebijakan yang jelas.

“Tapi ini juga nggak bisa harus saling tunggu. Masyarakat nunggu produsen, produsen nunggu aturan dari pemerintah. Setiap lini harus mulai bergerak. Masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya, produsen juga harus proaktif untuk mendorong diskusi untuk adanya regulasi tentang ini,” katanya.

Ibar juga menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan lintas sektor. Jika bicara soal penggunaan kembali kemasan produk, maka kementerian seperti Kesehatan, Perdagangan, hingga BPOM harus terlibat untuk memastikan tidak ada aturan yang tumpang tindih.

Adapun, menjawab berbagai tantangan tersebut, Greenpeace menginisiasi gerakan Champion of Changes yang didukung oleh Briefing from Plastics dan Plastic Pollution Coalition. Gerakan ini membangun koalisi di 390 negara untuk mendukung pengurangan plastik sekali pakai dan mendorong sistem daur ulang.

Dalam kesempatan tersebut, Ibar juga mengajak para pelaku bisnis untuk bergabung dalam Champion of Changes, agar bersama-sama memperkuat komitmen menuju praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab terhadap limbah yang di hasilkan dan berkelanjutan.

Baca juga: Mengapa Bioplastik Bukan Solusi Krisis Sampah Plastik?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau