Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam

Kompas.com, 12 November 2025, 14:31 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Ketika para pemimpin dunia memulai negosiasi iklim COP30 di Brasil, sebuah tim internasional yang dipimpin peneliti Universitas Sydney memperingatkan adanya krisis tersembunyi yang menggerogoti target keanekaragaman hayati.

Dalam makalah berjudul "Conservation abandonment is a policy blind spot," Dr. Matthew Clark, seorang peneliti pascadoktoral di Thriving Oceans Research Hub di Universitas Sydney mengungkapkan bahwa secara konservatif, 87 miliar dolar AS dihabiskan setiap tahun di seluruh dunia untuk program konservasi.

Angka tersebut dapat meningkat menjadi 200 miliar dolar AS tergantung pada apa yang dihitung.

"Seiring kita bergulat dengan krisis keanekaragaman hayati dan iklim, investasi yang dibutuhkan ini diperkirakan mencapai 540 miliar dolar AS pada tahun 2030 dan 740 miliar dolar AS pada tahun 2050," kata Dr. Clark.

Baca juga: Langkah Maju Konservasi, IUCN Adopsi Resolusi Lawan Kejahatan Lingkungan

Namun, meski investasi itu penting untuk mencapai tujuan karbon dan keanekaragaman hayati, kita hampir tidak memiliki gambaran yang jelas berapa lama program tersebut bisa bertahan.

Melansir Phys, Senin (10/11/2025) bukti menunjukkan setidaknya sepertiga proyek konservasi ditinggalkan hanya beberapa tahun setelah implementasi.

Jika masalah ini tidak diakui dan diperbaiki oleh pembuat kebijakan, klaim global tentang kemajuan alam yang dibuat di forum-forum seperti COP akan tidak jujur dan menyesatkan.

Proyek-proyek yang terbengkalai ini, meskipun tidak aktif, seringkali masih dimasukkan dalam pelaporan resmi, sehingga menutupi kondisi perlindungan lingkungan yang sebenarnya.

"Kita berlomba untuk memenuhi target global seperti melindungi 30 persen daratan dan lautan pada tahun 2030," kata Associate Professor Carly Cook, salah satu penulis dari School of Biological Sciences, Monash University.

"Tetapi tidak ada yang bertanya apakah area tersebut masih dikelola atau apakah proyek yang telah kita mulai masih ada," katanya lagi.

Tim peneliti menemukan bahwa perlindungan hukum untuk area konservasi telah dilemahkan lebih dari 3.700 kali secara global dalam apa yang disebut peristiwa Protected Area Downgrading, Downsizing and Degazettement (PADDD).

Selain pembatalan formal, mereka juga mengungkapkan pengabaian yang meluas terhadap program konservasi yang dipimpin komunitas di Afrika dan Amerika Selatan.

Di Chili, 22 persen Hak Guna Teritorial dalam perikanan yang diberikan kepada masyarakat lokal kemudian dihentikan.

Di Kanada, penurunan resmi kawasan konservasi laut membuka pengeboran eksplorasi minyak di lahan seluas 26.450 kilometer persegi.

Maroko dan Kanada secara kolektif membubarkan tujuh kawasan konservasi dengan total luas 2.412 kilometer persegi.

Baca juga: Konservasi Indonesia-The Alliance Percepat Energi Bersih di Kawasan Pesisir

Australia juga memiliki rekam jejak yang mengecewakan dalam mengurangi perlindungan untuk taman nasional dan kawasan lindung, termasuk untuk Great Barrier Reef.

Penelitian dari tahun 2021 menunjukkan kawasan lindung laut telah mengalami penurunan perlindungan sebanyak 38 kali, yang berdampak pada lebih dari 1 juta kilometer persegi.

Para peneliti pun menyerukan sistem pemantauan global untuk melacak pengabaian konservasi, pendanaan jangka panjang yang lebih kuat, dan transparansi yang lebih besar dalam akuntansi lingkungan.

"Peluncuran proyek konservasi baru hanyalah permulaan. Inisiatif-inisiatif itu perlu berlanjut selama beberapa dekade, atau terkadang selamanya, untuk menghasilkan perubahan nyata. Dalam banyak kasus, ketika pendanaan berakhir atau ketika tanggung jawab dilepaskan, kita kembali ke titik awal," kata Dr. Clark.

Temuan ini muncul saat delegasi COP30 bersiap untuk menilai kemajuan global menuju sasaran keanekaragaman hayati dan karbon, yang menyoroti kebutuhan mendesak akan kebijakan yang memastikan tindakan konservasi bertahan lama.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau