Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor

Kompas.com, 12 November 2025, 09:53 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengaku belum mengetahui secara pasti asal muasal radioaktif Cesium-137 (Cs-137) yang mengontaminasi komoditas cengkih ekspor di Lampung. Wakil Menteri LH, Diaz Hendropriyono, mengatakan paparan Cs-137 bersumber dari tempat pemakaman umum di Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan.

Dia menyebut, KLH bekerja sama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) guna mendalami sumber utama kontaminasi dari pemakaman ataupun di perkebunan cengkih.

"Walaupun kadarnya (Cs-137) kecil, apakah kalau lama menumpuk bisa atau tidak saya perlu jawaban dari ahli juga. Kami lagi menelusuri itu, jadi jawabannya saya belum tahu persis itu dari mana asalnya," kata Diaz dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).

Baca juga: KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman

Kasus ini bermula saat Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 28 September 2025 menemukan radiasi pada cengkih yang diproduksi PT Natural Java Spice (NJS), Surabaya. Laju radiasinya mencapai 732,43 becquerel (Bq) per kilogram.

"Sebenarnya ini seharusnya masih di bawah batas intervensi, batas amannya yang ditetapkan FDA itu sendiri, adalah 1.200 Bq per kilogram," tutur Diaz.

Menelusuri temuan itu, Satgas Penanganan Cs-137 lantas memeriksa PT NJS pada 1 Oktober 2025. Namun, kata Diaz, tak ditemukan kontaminasi radioaktif di pabrik tersebut.

Petugas pun memeriksa tiga perkebunan yang menyuplai cengkih ke pabrik, antara lain di Pati, Jawa tengah; Kabupaten Pesawaran, Lampung; serta Lampung Selatan. Tidak ada pula cesium 137 di lokasi tersebut.

"Paparan radiasinya di pemakaman umum ini mencapai 1,05-1,3 mikrosievert per jam, ini sudah di atas batas ambang batas yang ditetapkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)," ucap dia.

Bapeten menetapkan batas aman radioaktif 0,5 mikrosievert per jam. Setelah Satgas menyemen area pemakaman tersebut, tingkat radiasi turun menjadi 0,11-0,18 mikrosievert per jam.

Baca juga: Akademisi IPB Soroti Lemahnya Pengawasan Mutu dalam Kasus Udang Terpapar Cesium

Sementara itu, Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup KLH, Rasio Ridho Sani, menjelaskan pihaknya kini tengah berfokus mengamankan lokasi radiasi. Area pemakaman disemen, untuk mencegah paparan Cs-137 kepada masyarakat.

Lainnya, bakal memusnahkan 13,6 ton cengkih yang dikembalikan ke Indonesia. 

"Salah satu langkah yang kami lakukan tentu melakukan dekontaminasi, baik untuk pengangkatan, pemindahan, atau mitigasi dengan penyemenan. Mengingat lokasi tersebut jauh dari lokasi yang akan kami gunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, maka langkah yang paling tepat kita lakukan adalah dengan menggunakan proses penyemenan," tutur Rasio.

Rasio menyebutkan, kemungkinan paparan radioaktif berasal dari bahan baku yang telah tercemar. Selain itu, potensi kebocoran limbah nuklir di lokasi kejadian.

Ia mencatat sumber Cesium di pemakaman berjarak sekitar 3-5 kilometer dari perkebunan cengkeh yang menyuplai ke PT NJS. Sementara, jarak pemukiman terdekat dari sumber radioaktif sekitar 50 meter.

Baca juga: Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut Tetapkan Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Tetapkan Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Dunia Sepakat Hapus Tambalan Gigi Merkuri pada 2034
Pemerintah
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
Fokus Perdagangan Karbon, Misi RI di COP 30 Dinilai Terlalu Jualan
LSM/Figur
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Pulau Obi Jadi Episentrum Baru Ekonomi Maluku Utara
Swasta
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Dari Gaza hingga Ukraina, Alam Jadi Korban Sunyi Konflik Bersenjata
Pemerintah
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
Cacing Tanah Jadi Sekutu Tak Terduga dalam Perang Lawan Polusi Plastik
LSM/Figur
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
Subsidi LPG 3 Kg Diproyeksikan Turun 21 Persen, Jaringan Gas Jadi Alternatifnya
LSM/Figur
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau