JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengaku belum mengetahui secara pasti asal muasal radioaktif Cesium-137 (Cs-137) yang mengontaminasi komoditas cengkih ekspor di Lampung. Wakil Menteri LH, Diaz Hendropriyono, mengatakan paparan Cs-137 bersumber dari tempat pemakaman umum di Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan.
Dia menyebut, KLH bekerja sama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) guna mendalami sumber utama kontaminasi dari pemakaman ataupun di perkebunan cengkih.
"Walaupun kadarnya (Cs-137) kecil, apakah kalau lama menumpuk bisa atau tidak saya perlu jawaban dari ahli juga. Kami lagi menelusuri itu, jadi jawabannya saya belum tahu persis itu dari mana asalnya," kata Diaz dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).
Baca juga: KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Kasus ini bermula saat Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 28 September 2025 menemukan radiasi pada cengkih yang diproduksi PT Natural Java Spice (NJS), Surabaya. Laju radiasinya mencapai 732,43 becquerel (Bq) per kilogram.
"Sebenarnya ini seharusnya masih di bawah batas intervensi, batas amannya yang ditetapkan FDA itu sendiri, adalah 1.200 Bq per kilogram," tutur Diaz.
Menelusuri temuan itu, Satgas Penanganan Cs-137 lantas memeriksa PT NJS pada 1 Oktober 2025. Namun, kata Diaz, tak ditemukan kontaminasi radioaktif di pabrik tersebut.
Petugas pun memeriksa tiga perkebunan yang menyuplai cengkih ke pabrik, antara lain di Pati, Jawa tengah; Kabupaten Pesawaran, Lampung; serta Lampung Selatan. Tidak ada pula cesium 137 di lokasi tersebut.
"Paparan radiasinya di pemakaman umum ini mencapai 1,05-1,3 mikrosievert per jam, ini sudah di atas batas ambang batas yang ditetapkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)," ucap dia.
Bapeten menetapkan batas aman radioaktif 0,5 mikrosievert per jam. Setelah Satgas menyemen area pemakaman tersebut, tingkat radiasi turun menjadi 0,11-0,18 mikrosievert per jam.
Baca juga: Akademisi IPB Soroti Lemahnya Pengawasan Mutu dalam Kasus Udang Terpapar Cesium
Sementara itu, Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup KLH, Rasio Ridho Sani, menjelaskan pihaknya kini tengah berfokus mengamankan lokasi radiasi. Area pemakaman disemen, untuk mencegah paparan Cs-137 kepada masyarakat.
Lainnya, bakal memusnahkan 13,6 ton cengkih yang dikembalikan ke Indonesia.
"Salah satu langkah yang kami lakukan tentu melakukan dekontaminasi, baik untuk pengangkatan, pemindahan, atau mitigasi dengan penyemenan. Mengingat lokasi tersebut jauh dari lokasi yang akan kami gunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, maka langkah yang paling tepat kita lakukan adalah dengan menggunakan proses penyemenan," tutur Rasio.
Rasio menyebutkan, kemungkinan paparan radioaktif berasal dari bahan baku yang telah tercemar. Selain itu, potensi kebocoran limbah nuklir di lokasi kejadian.
Ia mencatat sumber Cesium di pemakaman berjarak sekitar 3-5 kilometer dari perkebunan cengkeh yang menyuplai ke PT NJS. Sementara, jarak pemukiman terdekat dari sumber radioaktif sekitar 50 meter.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya