KOMPAS.com - Kampus berstandar internasional kerap dipilih orangtua sebagai tempat anaknya melanjutkan pendidikan. Dengan standar tersebut, orangtua berharap anak bisa mendapatkan kualitas pendidikan terbaik.
Meski demikian, tak banyak orangtua memahami perbedaan kualitas yang dimiliki kampus berstandar internasional.
Perlu diketahui, kualitas perguruan tinggi bisa dilihat dari sejumlah parameter, seperti perolehan status akreditasi, kegiatan riset, jumlah publikasi terindeks Scopus, kualitas inovasi, serta fasilitas penunjang.
Bagi kampus berstandar internasional, parameter tersebut mutlak dipenuhi. Namun, standar tersebut tak dapat dicapai tanpa disertai sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang bekerja di baliknya, salah satunya dosen. Oleh karena itu, dosen yang direkrut harus memiliki kompetensi mumpuni.
Baca juga: Orangtua Wajib Tahu 4 Keuntungan Menguliahkan Anak di Kampus Berstandar Internasional
Ada sejumlah kriteria dosen berkualitas yang perlu dipahami oleh berbagai pihak. Terutama, bagi orangtua yang ingin menguliahkan anak di perguruan tinggi berstandar internasional.
Berikut Kompas.com rangkumkan empat kriteria dosen kompeten di kampus berstandar internasional.
Sebagai pendidik profesional sekaligus ilmuwan, dosen mengemban sejumlah tugas utama, yaitu mentransformasi, mengembangkan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Sejalan dengan tugas dan fungsi tersebut, dosen harus memenuhi kualifikasi akademik, yakni minimal telah menempuh pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang ilmu keahlian.
Baca juga: Tak Perlu Jauh-Jauh, Kuliah Berstandar Amerika Juga Ada di Indonesia
Di Tanah Air, ketentuan tersebut termaktub dalam Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. UU tersebut menyebutkan, masing-masing jenjang pendidikan pada perguruan tinggi mensyaratkan kualifikasi yang berbeda bagi dosen-dosennya.
Untuk program sarjana, dosen wajib berkualifikasi akademik minimum lulusan program magister atau sederajat. Sementara, program magister dan doktor wajib memiliki dosen yang berkualifikasi akademik lulusan program doktor atau sederajat.
Salah satu kampus internasional, Sampoerna University, misalnya, memiliki lebih dari 75 persen dosen di Fakultas Bisnis (Faculty of Business) bergelar doktor. Persentase ini merupakan yang tertinggi dari rerata fakultas bisnis universitas lain di Indonesia.
Memenuhi kualifikasi akademik saja tak cukup untuk menjadi dosen yang kompeten dan kredibel. Untuk menunjang kualitas pendidikan perguruan tinggi, pemerintah mewajibkan dosen memiliki sertifikat dosen (serdos).
Baca juga: Persaingan Kerja Makin Ketat Saat Pandemi, Haruskah Bekerja Sesuai Passion?
Dokumen tersebut merupakan bukti profesionalisme dosen dalam menjalankan tugas akademik di perguruan tinggi.
Ada sejumlah tahapan yang harus dilakukan dosen untuk mendapat sertifikat tersebut. Salah satunya adalah penilaian persepsional. Penilaian ini dilakukan oleh dosen tersertifikasi, mahasiswa, kolega, dan atasan langsung.
Dosen juga wajib berkontribusi pada nilai-nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Selain itu, dosen juga perlu memenuhi Penilaian Angka Kredit (PAK).
Kompetensi serta kinerja dosen juga diukur dari aktivitas riset dan karya ilmiah yang dihasilkan. Karya ilmiah yang dihasilkan bisa berupa jurnal, buku, ataupun artikel yang dimuat di media.
Bagi dosen, terutama di kampus berstandar internasional, memiliki karya ilmiah merupakan keharusan. Pasalnya, dosen juga berkewajiban meneliti serta menuangkan gagasannya dalam bentuk jurnal, selain mengajar.
Tanpa melakukan riset dan membuat jurnal, dosen tak dapat berinovasi dan mengembangkan keilmuannya. Kedua hal ini merupakan bentuk kontribusi dosen dalam menjawab kebutuhan masyarakat ataupun industri.
Dalam pembelajaran, dosen perlu memadukan pengetahuan teoretis dengan wawasan dunia nyata, baik di masyarakat maupun industri. Hal ini bisa diwujudkan bila dosen memiliki pengalaman sebagai praktisi di lapangan.
Baca juga: Kisah Perjuangan Ilham Nugraha, Anak Sopir Taksi Online Berhasil Kuliah di Universitas Cornell AS
Dengan begitu, dosen dapat menyinergikan antara kurikulum pembelajaran, materi praktikum, dan perkembangan terkini yang ada di masyarakat serta industri.
Nah, itulah empat kriteria dosen kompeten di kampus berstandar internasional. Dengan memahami kualitas dosen, orangtua bisa lebih mantap memilih kampus berstandar internasional sebagai tempat anak mengemban pendidikan berkualitas.
Adapun salah satu perguruan tinggi yang bisa jadi pertimbangan adalah Sampoerna University. Selain telah menyandang kriteria world class and industry standard facility, mayoritas dosen di kampus ini menyandang gelar doktor berkompetensi tinggi.
Dengan memiliki dosen yang memenuhi kualifikasi akademik yang baik, Sampoerna University mampu memberikan pengajaran berkualitas dan menghasilkan mahasiswa yang terampil.
Baca juga: INFOGRAFIK: 10 Universitas Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2022
Sebagai universitas berstandar internasional, Sampoerna University merekrut SDM terbaik untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
Seluruh staf akademik di kampus tersebut memiliki kualifikasi pendidikan gelar master, doktor, atau doctor of philosophy (PhD) dari universitas terkemuka, seperti Monash University, Australian National University, dan Manchester University. Dengan kualifikasi tersebut, mahasiswa bisa mendapatkan perspektif internasional saat mengikuti kelas.
Tak sedikit pula dosen Sampoerna University yang tengah berpartisipasi dalam proyek bergengsi, baik berskala nasional maupun internasional. Keikutsertaan pada proyek tersebut untuk menunjang kompetensi yang dimiliki.
Dengan pengalaman tersebut, keseimbangan antara kompetensi akademis dan pengembangan skill mahasiswa dapat terwujud. Alhasil, lulusan Sampoerna University memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan pasar (work-ready).
Baca juga: Sampoerna University Buka Beasiswa S1 Tahun 2022, Bebas Biaya Kuliah
Sebagai contoh, Ketua Program Studi Manajemen Dr memegang gelar PhD dari University of Limoges di Perancis. Ia pun berpengalaman di industri perbankan dan keuangan, seperti konsultan untuk World Bank Indonesia Country Office, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI).
Ia juga memiliki sejumlah karya ilmiah terkait berbagai sektor yang diterbitkan pada jurnal internasional bereputasi, mulai dari ekonomi, keuangan, hingga perbankan.
Selain itu, Dr Wahyoe ikut berperan sebagai project manager dalam program kolaborasi antara Bank HSBC dan Putera Sampoerna Foundation.
Berbekal pengalaman tersebut, Dr Wahyoe dapat memberikan ilmu dan real-world experience yang relevan dengan program studi Banking and Finance yang ia ampu di Sampoerna University.
Baca juga: Kelas 12, Sampoerna University Buka Beasiswa S1 hingga 100 Persen
Dengan memiliki dosen berkualifikasi tinggi, Sampoerna University mampu menghasilkan lulusan yang kompetitif dan berdaya saing. Terbukti, sebanyak 94 persen mahasiswa Sampoerna University mendapatkan pekerjaan penuh waktu dalam waktu tiga bulan setelah lulus.
Sebagai informasi, Sampoerna University menerapkan sistem pendidikan Amerika Serikat (AS), mulai dari kurikulum, ketersediaan fakultas, hingga fasilitas.
Untuk informasi selengkapnya mengenai Sampoerna University, silakan kunjungi laman www.sampoernauniveristy.ac.id.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya