Trump Setop Visa Pelajar Internasional, Bagaimana Solusi untuk Pelajar Indonesia yang Sudah Dapat LoA ke AS?

Kompas.com - 12/06/2025, 17:49 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) telah lama menjadi salah satu destinasi populer bagi pelajar dari seluruh dunia yang ingin menempuh pendidikan tinggi.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. AS dianggap punya kualitas pendidikan kelas dunia, fleksibilitas kurikulum, kesempatan riset dan karier yang luas, serta menawarkan pengalaman lintas budaya.

Menurut data dari laman resmi Kedutaan Besar AS di Indonesia, jumlah mahasiswa internasional yang kuliah di AS pada tahun akademik 2023-2024 mencapai 1.126.690 orang. Angka ini naik 7 persen dari tahun sebelumnya.

Dengan jumlah tersebut, AS pun menjadi negara dengan pelajar internasional terbanyak di dunia.

Indonesia sendiri menyumbang 8.348 pelajar ke AS dan menjadikannya pengirim pelajar terbanyak kedua di Asia Tenggara dan peringkat ke-23 secara global.

Namun, mimpi pelajar Indonesia mengenyam pendidikan tinggi berkualitas di AS pada 2025 bisa jadi terhambat.

Pasalnya, pemerintah AS, sebagaimana dinyatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio AS, Jumat (30/5/2025), mengumumkan penghentian sementara pengajuan visa pelajar jenis F, M, dan J hingga waktu yang belum ditentukan.

Rubio menyebut bahwa kebijakan itu sebagai bagian dari peninjauan sistem imigrasi dan keamanan nasional.

"Kami perlu memastikan bahwa setiap aplikasi visa pelajar telah melalui tahapan pemeriksaan, termasuk verifikasi media sosial secara memadai. Ini penting untuk keamanan nasional kami," kata Rubio.

Tak menunggu lama, pernyataan Rubio tersebut langsung memicu gelombang kekhawatiran di kalangan pelajar internasional yang siap memulai kuliah pada musim gugur tahun ini, termasuk Indonesia.

Baca juga: Yuk, Mulai Belajar Literasi Keuangan dengan Lakukan 3 Hal Sederhana Ini

Kondisi itu terasa semakin berat karena banyak di antara mereka yang telah memperoleh letter of acceptance (LoA) dari universitas-universitas ternama di AS.

Bahkan, sebagian dari pelajar Indonesia sudah memegang beasiswa dari lembaga pemerintah, seperti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

Wawancara visa yang ditunda tanpa batas waktu juga membuat banyak pelajar harus mengubah rencana akademik yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari.

Gerak cepat pemerintah mencari solusi

Pemerintah Indonesia pun langsung bergerak cepat untuk merespons hal tersebut. Melalui Kemendiktisaintek, sejumlah langkah strategis mulai disiapkan untuk menjamin kelanjutan studi para mahasiswa yang terdampak.

Dilansir dari laman indonesia.go.id, salah satu upaya yang dilakukan adalah pendataan menyeluruh terhadap seluruh pelajar Indonesia yang proses visanya tertunda.

Data itu mencakup jurusan, jenjang pendidikan, serta status dan perkembangan aplikasi visa mereka. Pendataan ini dilakukan untuk memahami skala dampak dan merancang solusi yang tepat sasaran.

"Kami bekerja keras dan bergerak cepat untuk memastikan pendidikan kalian tidak terganggu," ujar Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie.

Stella menambahkan, pemerintah juga tengah membuka opsi untuk mengarahkan para penerima beasiswa dan mahasiswa terdampak ke institusi pendidikan alternatif.

Pilihan itu meliputi negara mitra ataupun kampus-kampus terbaik dalam negeri yang mampu menyediakan program akademik setara dan berstandar internasional.

Dari dalam negeri, salah satu universitas berstandar internasional terbaik yang masuk perhitungan adalah Sampoerna University.

Berbasis di Jakarta, Sampoerna University menghadirkan program pendidikan tinggi berstandar AS melalui kerja sama langsung dengan The University of Arizona.

Kemitraan strategis tersebut memungkinkan mahasiswa yang menempuh studi di Sampoerna University untuk mengikuti program two-degree. Artinya, mahasiswa bisa meraih gelar pendidikan AS yang juga diakui secara resmi di Indonesia.

Baca juga: Ini Sederet Alasan yang Bikin Jurusan Psikologi Begitu Diminati

Keunggulan utama lain dari sistem two-degree terletak pada fleksibilitas transfer kredit akademik.

Jadi, seluruh kredit yang telah diambil mahasiswa di Sampoerna University dapat ditransfer ke universitas mitra di AS saat situasi visa kembali normal.

Dengan demikian, mahasiswa bisa melanjutkan studi tanpa kehilangan waktu maupun progres akademik yang telah dicapai.

Untuk mewujudkan standar itu, seluruh program dirancang sepenuhnya mengadopsi sistem pendidikan AS, mulai dari bahasa pengantar, metode pengajaran, hingga struktur kurikulumnya.

Pendekatan tersebut dipilih agar mahasiswa mendapatkan pengalaman akademik yang autentik layaknya belajar langsung di kampus AS.

Dengan kelebihan tersebut, Sampoerna University menjadi pilihan ideal bagi pelajar yang ingin merasakan kuliah kelas internasional tanpa harus berangkat ke luar negeri.

Untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak mahasiswa terdampak kebijakan visa, Sampoerna University juga membuka jalur penerimaan khusus bagi pelajar yang sudah memiliki LoA dari kampus AS.

Jalur itu dirancang tanpa prosedur seleksi standar, seperti tes masuk atau pengumpulan dokumen tambahan.

Dengan begitu, mahasiswa dapat langsung melanjutkan pendidikan tanpa kehilangan momentum yang telah dibangun selama ini.

Lewat inisiatif tersebut, Sampoerna University tidak hanya berupaya memberikan solusi konkret bagi mahasiswa terdampak, tetapi juga membuktikan bahwa standar pendidikan internasional tidak selalu harus dicapai dengan berangkat ke luar negeri.

Sampoerna University juga berupaya memberikan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk tetap berada di jalur akademik global, meski dari dalam negeri melalui sistem yang adaptif dan fleksibel.

Situasi global mungkin terus bergerak secara dinamis, tetapi mimpi untuk meraih pendidikan terbaik tetap bisa diwujudkan. Salah satunya melalui Sampoerna University.

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang program dan jalur masuk khusus Sampoerna University, silakan ikuti akun Instagram @sampoerna.university atau kunjungi laman berikut.

Baca juga: 5 Kriteria Guru Berkualitas Zaman Now di Era Digitalisasi

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau