Atasi Kesenjangan, Ini 5 Skill yang Dibutuhkan untuk Menjadi Talenta Digital

Kompas.com - 11/11/2022, 10:59 WIB
Nada Zeitalini Arani,
Anissa Dea Widiarini

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ekonomi digital mengalami perkembangan drastis, terlebih di masa pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Google, Temasek, dan Brain and Company, Indonesia tercatat memiliki nilai ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 70 miliar dollar AS pada 2021. Nilai ini diperkirakan melonjak menjadi 146 miliar dollar AS pada 2025.

Meski punya potensi, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah (PR) terkait ketersediaan sumber daya manusia (SDM) talenta digital yang mumpuni.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat, sampai 2030, Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital. Jika dirata-rata, kebutuhan talenta digital mencapai 600.000 orang per tahun.

Sementara, menurut catatan sama, perguruan tinggi di Indonesia hanya bisa menyuplai talenta digital sekitar 100.000-200.000 orang per tahun. Dengan demikian, terdapat gap sekitar 400.000-500.000 talenta digital per tahun.

Fenomena kesenjangan talenta digital diamini oleh Chief Human Capital Officer Investree Ariyo Putro. Ia mengatakan, Indonesia memiliki 6 juta lulusan perguruan tinggi setiap tahun. Akan tetapi, 35 persen di antaranya atau 800.000 orang belum bisa mendapatkan pekerjaan karena kurang menguasai teknologi digital.

Hal tersebut menunjukkan bahwa digital skill menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki agar bisa terserap oleh industri. Terlebih, kebutuhan terhadap SDM talenta digital cukup tinggi.

Investree, misalnya. Perusahaan teknologi finansial tersebut membutuhkan komposisi karyawan dengan talenta digital lebih besar ketimbang talenta nondigital.

“Kami memiliki 80 persen talenta digital dan hanya 20 persen talenta nondigital,” ujar Ariyo dalam acara Online Media Discussion bertema “Sinergi Siapkan Digital Talent untuk Ekonomi Digital Indonesia” yang diselenggarakan oleh Sampoerna University pada Rabu (26/10/2022).

Baca juga: Program Digital Talent BUMN Targetkan Cetak 200.000 Talenta Digital pada 2024

Untuk menjadi talenta digital yang andal dan siap kerja, individu harus membekali dirinya dengan digital skill yang mumpuni. Dilansir dari Quipper, berikut adalah lima skill yang perlu dikuasai untuk menjadi talenta digital yang siap kerja.

1. Internet of things (IoT)

IoT merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai device, seperti transfer data melalui jaringan tanpa interaksi manusia dengan manusia atau manusia dengan komputer.

Seiring perkembangan teknologi, IoT diaplikasikan di berbagai inovasi, seperti pengembangan mobil otonom dan teknologi automasi. Di bidang ekonomi bisnis, IoT dapat digunakan untuk mengefisienkan pengeluaran serta meningkatkan produktivitas melalui algoritma, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan cloud computing.

Agar bisa bekerja di bidang IoT, digital skill yang perlu dikuasai adalah machine learning, AI, programming language, cloud computing, dan Node.js development.

2. Data analytics

Skill lain yang dibutuhkan untuk menjadi talenta digital adalah data analytics. Untuk diketahui, data analytics adalah kemampuan memeriksa dan mengelola data dari berbagai sumber untuk menghasilkan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan.

Dari segi manfaat, data analytics dapat membantu pengembangan suatu bisnis, misalnya memberikan informasi terkait produk atau layanan dari brand yang menjadi favorit konsumen.

Dengan memiliki skill data analytics, talenta digital mampu membantu menghasilkan informasi sebagai pengambilan keputusan pada suatu perusahaan.

3. Web development

Web development skill dibutuhkan untuk membangun, memelihara, dan mengembangkan suatu website. Seseorang yang memiliki keterampilan ini biasanya disebut sebagai web developer.

Web development merupakan skill penting di era digital yang banyak menggunakan website dalam berbagai kegiatan bisnis. Adapun web developer dibagi dalam beberapa jenis, yakni front-end developer, back-end developer, full-stack developer, dan mobile developer.

Banyak perusahaan mempekerjakan web developer untuk melakukan ekspansi bisnis ke ranah digital. Oleh karena itu, untuk mengembangkan ekonomi digital di Indonesia, SDM di Indonesia harus punya kemampuan dalam web development.

4. Search engine optimization (SEO)

Search engine optimization (SEO) skill adalah salah satu keterampilan penting dalam ranah digital marketing. Keterampilan ini dapat membantu perusahaan atau produk perusahaan berada di peringkat yang baik pada mesin pencari. Dengan kata lain, SEO skill membantu aktivitas digital marketing perusahaan.

Baca juga: Ini 5 Digital Skill yang Dibutuhkan di Masa Depan

Dalam melakukan tugas tersebut, SEO specialist—sebutan pekerja yang ahli dalam SEO— perlu melakukan riset untuk mempersiapkan strategi yang tepat, mulai dari meneliti siapa saja yang menjadi kompetitor, riset berbagai kata kunci yang bisa dioptimasi, hingga menulis konten artikel yang ramah SEO.

Semakin berkembang bisnis ke ranah digital, maka peran digital marketing, terutama SEO sangat dibutuhkan. Dengan demikian, mempersiapkan SDM talenta digital dengan SEO skill merupakan salah satu kebutuhan saat ini.

5. Project management

Project management merupakan kemampuan memimpin dan mengorganisasi tim dalam mengelola suatu proyek. Posisi spesifik yang wajib memiliki kemampuan ini adalah project manager.

Dengan skill tersebut, project manager akan mengorganisasi tim sehingga mampu mencapai target sesuai waktu yang disediakan. Kemudian, untuk menjadi seorang project manager juga perlu berpikir solutif untuk memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi tim.

Itulah lima skill yang dibutuhkan talenta digital di Indonesia untuk membantu mengatasi kesenjangan yang ada.

Untuk mengatasi kesenjangan talenta digital, pemerintah telah menyiapkan kebijakan melalui dua pendekatan. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan dan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin.

Pertama, pendekatan jangka panjang. Upaya ini dilakukan melalui revitalisasi pendidikan, seperti perubahan kurikulum.

Kedua, pendekatan jangka pendek. Hal ini secara paralel dilakukan pemerintah melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan yang bekerja sama dengan institusi pendidikan dan platform e-commerce,” tutur Rudy pada kesempatan yang sama.

Sampoerna University Online Media Discussion, Rabu (26/10/2022) (Kompas.com/ Nada Zeitalini Arani)Nada Zeitalini Arani Sampoerna University Online Media Discussion, Rabu (26/10/2022) (Kompas.com/ Nada Zeitalini Arani)
Sejalan dengan upaya pemerintah tersebut, Sampoerna University sebagai salah satu lembaga pendidikan terkemuka di Indonesia berkomitmen menghasilkan lulusan dengan talenta digital melalui penerapan kurikulum berbasis internasional.

Adapun dalam penerapan kurikulum internasional tersebut, Sampoerna University berkolaborasi untuk credit transfer dengan universitas luar negeri, The University of Arizona, Amerika Serikat (AS).

Dekan Fakultas Bisnis Sampoerna University Wahyoe Soedarmono mengatakan bahwa pihaknya berupaya berkontribusi menghasilkan lulusan yang tidak hanya work ready, tetapi juga world ready.

Wahyoe menjelaskan bahwa Sampoerna University memberikan berbagai pembelajaran keterampilan digital kepada mahasiswa, yakni melalui pembelajaran offline menggunakan learning management system (LMS) hingga mengintegrasikan aktivitas profesional, seperti percobaan teknologi dan pemagangan.

Baca juga: Tak Perlu Jauh-Jauh, Kuliah Berstandar Amerika Juga Ada di Indonesia

Wahyoe melanjutkan, salah satu penerapan keterampilan digital yang dilakukan pada fakultas bisnis adalah programming language.

“Kami mengenalkan programming language kepada mahasiswa bisnis untuk bisa memahami dan membuat keputusan bisnis berdasarkan data,” ujar Wahyoe.

Ia menjelaskan, selain hard skill melalui pembelajaran di kelas, Sampoerna University juga memberikan bekal soft skills yang meliputi pemecahan masalah (complex problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), berkoordinasi dengan orang lain (coordinating with others), serta fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility).

Kemudian, imbuh Wahyoe, Sampoerna University juga memberikan program mentoring untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, seperti menulis curriculum vitae (CV), menghadapi interview kerja, serta berinteraksi secara profesional di lingkungan kerja.

Selain skill-skill tersebut, kata Wahyoe, Sampoerna University juga menanamkan kemampuan self-learner kepada mahasiswa. Hal ini dilakukan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan studi kasus nyata pada setiap proyek yang diberikan kepada mahasiswa.

Dengan begitu, mahasiswa dapat secara mandiri mengidentifikasi kasus, mengumpulkan data, menganalisis data dengan berbagai metode, dan menyusun laporan. Proses pembelajaran ini juga didukung oleh berbagai perangkat lunak digital berbasis data, seperti Power BI, Tableau, dan R Studio, untuk membuat keputusan.

Dengan demikian, mahasiswa bisa menjadi SDM yang proaktif, berinisiatif, berwawasan luas, dan memiliki tanggung jawab untuk selalu belajar.

“Melalui kemampuan ini, lulusan Sampoerna University mampu menghadapi inovasi teknologi di dunia kerja,” tuturnya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau