Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penggunaan "Woodchips" dalam Sistem "Co-Firing" PLTU Bangka

Kompas.com, 29 Juli 2023, 13:42 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berhasil menerapkan co-firing atau penggunaan biomassa sebagai alternatif pengurangan batubara.

Melalui program co-firing tersebut, perseroan telah menghasilkan energi hijau atau green energy sebesar 8.205 megawatt hour (MWh) serta mampu menekan emisi yang ada di Pulau Bangka.

Manager Operasional PLTU Air Anyir Apriyadi mengatakan, konsumsi batubara sebagai bahan bakar PLTU saat ini perlahan dikurangi.

Program co-firing ini merupakan bentuk upaya dalam mendukung target bauran energi Nasional untuk energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 dan Program Pemerintah Net Zero Emission (NZE) 2060, salah satunya dengan beralih ke penggunaan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT).

Baca juga: Selama 2022, Penggunaan Biomassa di Pabrik SIG Tembus 2,7 Juta Ton

NZE atau nol emisi karbon merupakan kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.

"Untuk mendorong program pemerintah yakni target bauran energi nasional untuk energi baru terbarukan, PLTU Air Anyir Bangka setahun yang lalu mengimplementasikan co-firing," kata Apriyadi dalam keterangan tertulis, Jumat (28/7/2023).

Manager Pengendalian K3 dan Lingkungan PLN Bangka Belitung Ganjar Riyadi mengatakan, program co-firing di PLTU Air Anyir merupakan bentuk upaya PLN dalam meningkatkan bauran energi nasional.

Co-firing merupakan teknik substitusi batubara dengan rasio tertentu, digunakan secara bersamaan dengan woodchips atau limbah kayu yang telah menjadi serbuk dalam pembakaran PLTU.

Saat ini juga sedang dilakukan pengembangan pengolahan kayu hingga berbentuk butiran pelet,

"Penggunaan biomassa dalam metode co-firing bisa disebut netral karbon (carbon neutral). Selain itu, woodchips sebagai biomassa co-firing PLTU tidak mengandung sulfur seperti halnya batubara sehingga penggunaan woodchips dapat menurunkan emisi," ujar Ganjar.

Baca juga: Capaian Masih Rendah, Pemanfaatan Biomassa Perlu Didorong

Saat ini pengujian co-firing di PLTU Air Anyir Bangka menggunakan cangkang sawit dengan komposisi 0 persen, 25 persen, 50 persen, 75 persen dan 100 persen dengan pengujian pada beban 25 MegaWatt (MW) dengan porsi 100 persen biomassa pada 25 Oktober 2022 juga menunjukkan penurunan emisi yang lebih rendah.

Komersialisasi co-firing di PLTU Air Anyir Bangka menggunakan woodchips telah dilaksanakan pada 27 September 2022.

Sampai saat ini PLTU Bangka mengimplementasikan dengan persentase 5 persen telah memproduksi green energy sebesar 8.205 MWh atau ekuivalen dengan penurunan emisi sebesar lebih dari 10.000 ton CO2.

"Program co-firing PLTU Air Anyir Bangka telah sukses dilaksanakan dan telah berkontribusi dalam penurunan emisi karbon untuk masa depan yang lebih baik," imbuh Ganjar.

Lahan untuk woodchips

Perusahaan swasta telah membuka lahan di Desa Air Duren, Mendobarat, Kabupaten Bangka, untuk ketersediaan bahan baku woodchips.

Baca juga: Indonesia Butuh Strategi Baru Capai 23 Persen Bauran Energi Terbarukan

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau