BANGKA, KOMPAS.com - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berhasil menerapkan co-firing atau penggunaan biomassa sebagai alternatif pengurangan batubara.
Melalui program co-firing tersebut, perseroan telah menghasilkan energi hijau atau green energy sebesar 8.205 megawatt hour (MWh) serta mampu menekan emisi yang ada di Pulau Bangka.
Manager Operasional PLTU Air Anyir Apriyadi mengatakan, konsumsi batubara sebagai bahan bakar PLTU saat ini perlahan dikurangi.
Program co-firing ini merupakan bentuk upaya dalam mendukung target bauran energi Nasional untuk energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 dan Program Pemerintah Net Zero Emission (NZE) 2060, salah satunya dengan beralih ke penggunaan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT).
Baca juga: Selama 2022, Penggunaan Biomassa di Pabrik SIG Tembus 2,7 Juta Ton
NZE atau nol emisi karbon merupakan kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi.
"Untuk mendorong program pemerintah yakni target bauran energi nasional untuk energi baru terbarukan, PLTU Air Anyir Bangka setahun yang lalu mengimplementasikan co-firing," kata Apriyadi dalam keterangan tertulis, Jumat (28/7/2023).
Manager Pengendalian K3 dan Lingkungan PLN Bangka Belitung Ganjar Riyadi mengatakan, program co-firing di PLTU Air Anyir merupakan bentuk upaya PLN dalam meningkatkan bauran energi nasional.
Co-firing merupakan teknik substitusi batubara dengan rasio tertentu, digunakan secara bersamaan dengan woodchips atau limbah kayu yang telah menjadi serbuk dalam pembakaran PLTU.
Saat ini juga sedang dilakukan pengembangan pengolahan kayu hingga berbentuk butiran pelet,
"Penggunaan biomassa dalam metode co-firing bisa disebut netral karbon (carbon neutral). Selain itu, woodchips sebagai biomassa co-firing PLTU tidak mengandung sulfur seperti halnya batubara sehingga penggunaan woodchips dapat menurunkan emisi," ujar Ganjar.
Baca juga: Capaian Masih Rendah, Pemanfaatan Biomassa Perlu Didorong
Saat ini pengujian co-firing di PLTU Air Anyir Bangka menggunakan cangkang sawit dengan komposisi 0 persen, 25 persen, 50 persen, 75 persen dan 100 persen dengan pengujian pada beban 25 MegaWatt (MW) dengan porsi 100 persen biomassa pada 25 Oktober 2022 juga menunjukkan penurunan emisi yang lebih rendah.
Komersialisasi co-firing di PLTU Air Anyir Bangka menggunakan woodchips telah dilaksanakan pada 27 September 2022.
Sampai saat ini PLTU Bangka mengimplementasikan dengan persentase 5 persen telah memproduksi green energy sebesar 8.205 MWh atau ekuivalen dengan penurunan emisi sebesar lebih dari 10.000 ton CO2.
"Program co-firing PLTU Air Anyir Bangka telah sukses dilaksanakan dan telah berkontribusi dalam penurunan emisi karbon untuk masa depan yang lebih baik," imbuh Ganjar.
Perusahaan swasta telah membuka lahan di Desa Air Duren, Mendobarat, Kabupaten Bangka, untuk ketersediaan bahan baku woodchips.
Baca juga: Indonesia Butuh Strategi Baru Capai 23 Persen Bauran Energi Terbarukan
Lahan seluas 6.000 meter persegi itu diresmikan Bupati Bangka, Mulkan, Senin (10/7/2023).
Bahan baku woodchips selain menggunakan kayu atau tanaman yang tidak terpakai, untuk jangka panjang dilakukan pembibitan dan penanaman khusus.
Direktur PT Mentari Biru Energi Widi Pancono menjelaskan, pabrik akan beroperasi dengan kapasitas 12.000 ton per bulan di lahan kurang lebih 6.000 meter persegi.
Proses pembangunan lokasi ditargetkan selesai dalam empat bulan dan beroperasi November 2023.
"Untuk produksi awal sekitar 3.000 ton per bulan dan diharapkan 40 persen menggantikan batubara. Pekerjanya sebanyak 40 orang teknisi langsung, dan 100 lebih secara tidak langsung dari daerah setempat dan pemeliharaan mesin suku cadang dilakukan sendiri di sini," ujar Widi.
Saat ini, PLTU Air Anyir menjadi yang terbaik untuk program co-firing di Indonesia. Akan ada investasi tambahan sebesar Rp 12 miliar dengan potensi di Kabupaten Bangka.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya