Lalu hanya seperempat bank yang memberikan perincian yang cukup untuk membedakan antara berbagai metode pembiayaan, sehingga menyulitkan para pemangku kepentingan untuk mengevaluasi kemampuan tata kelola bank dalam mendukung keuangan berkelanjutan.
Lebih lanjut, bank yang dianalisis dalam laporan tersebut tidak menetapkan kriteria yang jelas untuk rencana transisi yang harus dipenuhi agar perusahaan dapat mengakses pembiayaan berkelanjutan.
Kurangnya pelaporan terperinci membuat sulit untuk melihat bagaimana bank membiayai area transisi penting seperti energi terbarukan.
Dari hampir semua bank yang telah menetapkan target dekarbonisasi khusus sektor, hanya sembilan yang memiliki rencana sektoral yang setara untuk keuangan berkelanjutan.
ShareAction pun menghimbau bank untuk menetapkan target iklim yang lebih efektif dan berbasis sains.
“Kami sangat membutuhkan bank untuk menetapkan target yang lebih ambisius dan koheren yang secara transparan memetakan bagaimana mereka akan memenuhi komitmen mereka untuk membiayai tenaga terbarukan, infrastruktur hijau, dan teknologi yang dibutuhkan untuk melindungi masyarakat dan ekonomi kita,” tambah Lerin.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya