KOMPAS.com - CEO Eramet Indonesia Jerome Baudelet memprediksi, Indonesia akan menjadi produsen nikel terbesar di dunia dalam 10 tahun ke depan.
Hal tersebut mengingat besarnya dan peningkatan produksi nikel yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
Eramet adalah perusahaan pertambangan dan metalurgi global yang berpusat di Perancis.
Baca juga: Di COP16 Kolombia, Masyarakat Sipil Desak Pemerintah RI Batasi Produksi Nikel
Pada tahun 2023, menurut data Eramet, Indonesia memasok 55 persen dari total produksi nikel dunia. Hal tersebut membuat dunia semakin tergantung terhadap pasokan nikel Indonesia.
"Kami sangat percaya bahwa Indonesia akan terus menjadi pusat produksi nikel global dalam 10 tahun ke depan. Sebanyak 70 persen dari produksi nikel global nantinya akan berasal dari Indonesia pada periode tersebut," kata Jerome dilansir dari siaran pers, Rabu (6/11/2024).
Lebih lanjut, Jerome juga mengungkapkan bahwa produksi Weda Bay Nickel, perusahaan patungan Eramet dengan Tsingshan, juga menunjukkan pertumbuhan yang pesat.
Pada 2024, produksi nikel Weda Bay Nickel akan mencapai 32 juta ton sesuai dengan kuota produksi yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
Juga juga menyoroti kondisi pasar nikel Indonesia yang saat ini mengalami kekurangan pasokan bijih nikel tahun ini.
Baca juga: Ekspansi Hilirisasi Nikel 4 Perusahaan Naikkan Emisi RI 38,5 Juta Ton
Lonjakan impor bijih nikel dari Filipina ke Indonesia semakin memperkuat indikasi tersebut.
Berdasarkan data Statistic Indonesia, Indonesia mengimpor sekitar 7 juta ton bijih nikel dari Filipina dalam 10 bulan pertama tahun 2024.
Padahal, tahun lalu Indonesia hanya mengimpor 374.454 ton bijih nikel.
Meskipun impor masih menyumbang sebagian kecil dari total konsumsi nikel Indonesia, permintaan yang tinggi telah mendorong harga bijih nikel menjadi lebih tinggi dari harga patokan minimum (HPM) yang ditetapkan Pemerintah Indonesia.
“Kekurangan pasokan bijih nikel ini menciptakan ketegangan pasar di Indonesia, meskipun faktanya pasar nikel global masih kelebihan pasokan produk nikel jadi. Namun, perlu dicatat bahwa kelebihan pasokan ini relatif kecil, diperkirakan sekitar 60.000 ton, setara dengan sekitar satu minggu konsumsi," papar Jerome.
Baca juga: Industri Nikel Nasional Diminta untuk Sukarela Diaudit Tata Kelolanya
Sementara itu, Eramet optimis terhadap masa depan produksi nikel di Indonesia.
Dengan potensi sumber daya yang melimpah di Teluk Weda, usaha patungan Eramet menargetkan peningkatan produksi hingga 60-65 juta ton per tahun dalam jangka menengah.
"Dengan sokongan sumber daya alam yang melimpah dalam jangka waktu lama tersebut, kami berkomitmen untuk menjaga keseimbangan pasokan. Kami tidak ingin memproduksi lebih dari kebutuhan pasar" tegas Jerome.
Selain itu, Jerome juga menekankan pentingnya inovasi dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Dia memaparkan, Indonesia merupakan prioritas utama bagi Eramet dalam pengembangan bisnis nikel.
"Eramet ingin menjadi bagian dari pertumbuhan industri nikel global dan memberikan manfaat positif bagi perekonomian Indonesia. Kami terus berusaha untuk menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan, baik dari Eropa maupun Indonesia, untuk mendukung pertumbuhan industri nikel di Indonesia," pungkas Jerome.
Baca juga: Pemerintahan Baru Janji akan Jalankan Hilirisasi Nikel yang Berkelanjutan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya