KOMPAS.com - Perusahaan Commonwealth Fusion Systems (CFS) berambisi meluncurkan reaktor nuklir dengan basis reaksi fusi skala besar pertama di dunia.
Reaktor yang kemungkinan akan dibangun di Richmond, Virginia itu ditargetkan bisa memproduksi 400 megawatt listrik dn mengaliri sekitar 150.000 rumah.
"Ini bakal menandai pertama kalinya pembangkit nuklir berbasis reaksi fusi akan tersedia di dunia dalam skala besar," ujar CEO Bob Mumgaard kepada CNN, Senin (23/12/2024).
Reaktor nuklir berbasis fusi ini berbeda dengan reaktor nuklir saat ini yang berbasis reaksi fisi.
Dalam reaktor nuklir saat ini, energi dihasilkan dengan meluruhkan atom radioaktif berat seperti uranium. Proses seperti ini menghasilkan zat radioaktif berbahaya sekaligus menghasilkan energi yang lebih kecil.
Baca juga: Daya Tarik Investasi Energi Terbarukan RI Lebih Rendah daripada Malaysia dan Vietnam
Sementara dalam reaktor berbasis fusi, energi dihasilkan lewat penggabungan dua atom, misalnya hidorgen. Produk utama dari reaksi fusi adalah helium yang relatif tidak berbahaya. Zat radioaktif juga dihasilkan tetapi sangat minimum. Energi yang dihasilkan lebih besar.
Untuk mewujudkan ambisinya, Mumgaard menggalang dana dan kini telah mengumpulkan 2 miliar dolar AS untuk pengembangan reaktor.
Meski terdengar menjanjikan, mewujudkan reaktor nuklir berbasis fusi tidak mudah. Teknologinya sendiri tak bisa dinyatakan feasible di luar laboratorium. Selama sekian lama, para ahli mengatakan bahwa reaktor fusi bakal terwujud "dalam beberapa dekade" tetapi nyatanya belum terwujud juga.
Baca juga: Potensi Rp 353,7 Triliun, Pungutan Batu Bara Bisa Dipakai untuk Transisi Energi
Hal itu pun diakui Mumgaard. "Tidak ada yang terjadi dalam semalam terkait dengan fusi," ucapnya.
Dia teguh dengan ambisinya. Targetnya, tahun 2026 dia berhasil mengembangkan plasma - awan panas bermuatan tempat reaksi fusi terjadi - sebelum dapat mencapai pembangkitan energi.
Kalau terwujud, Mumgaard berpotensi menjadi salah satu orang berpengaruh dalam pembangunan energi bersih. Inovasinya bisa berpengaruh besar di tengah ketergantungan pada bahan bakar fosil dan kesulitan membangkitkan energi terbarukan yang reliable.
“Pada awal tahun 2030-an, semua mata akan tertuju pada wilayah Richmond sebagai tempat lahirnya energi fusi komersial,” kata Mumgaard.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Swasembada Pangan dan Energi lewat Perhutanan Sosial
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya