KOMPAS.com - IQAir, perusahaan pemantau udara asal Swiss, mengungkapkan hanya tujuh negara yang memiliki kualitas udara terbersih pada 2023. Negara-negara itu antara lain Australia, Estonia, Finlandia, Grenada, Islandia, Mauritius, Selandia Baru. Sementara Puerto Riko, Bermuda, dan Polinesia, Prancis berada di level aman.
Laporan yang dirilis pada awal tahun 2024 ini, menggunakan data dari lebih dari 30.000 stasiun pemantauan di 134 negara, wilayah, hingga kawasan. Dari jumlah tersebut, 124 di antaranya melewati batas aman kadar PM2,5 yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
PM2,5 adalah partikel yang berdiameter kurang dari 2,5 mikron dan dapat terhirup ke paru-paru bahkan mencapai aliran darah. PM2,5 dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, paru-paru, tekanan darah tinggi, asma, depresi, kecemasan, serta kematian dini.
Baca juga:
“Pada 2023, polusi udara masih menjadi bencana kesehatan global. Kumpulan data global IQAir memberikan pengingat penting tentang ketidakadilan yang diakibatkannya dan perlunya menerapkan berbagai solusi yang ada untuk masalah ini,” kata CEO Global IQAir Frank Hammes dikutip dari Euro News, Senin (16/12/2024).
iQAir melaporkan, Islandia memiliki udara terbersih di Eropa, disusul Estonia, dan Finlandia. Teknologi tersebut menggunakan skala warna untuk menunjukkan tingkat polusi.
Hasilnya, banyak negara Eropa termasuk dalam kategori hijau, yang menunjukkan tingkatnya dua kali lipat dari standar aman.
IQAir kemudian mengurutkan negara yang paling sedikit tercemar, yakni Swedia , Irlandia, Norwegia, Portugal, Liechtenstein, Denmark, Inggris, Andorra, Latvia, Ukraina, Belanda, Luksemburg, Swiss, Jerman, Belgia, Prancis, Austria, Spanyol, dan Rusia.
Kota-kota di Eropa dinilai telah memperlihatkan perbaikan sejak 2022, dengan 54 persen kawasan masuk kategori hijau. Pada kategori kuning, yang menunjukkan tingkat polusi hingga tiga kali di atas standar aman, dilaporkan di Lithuania, Republik Ceko, Hungaria, Malta, Slowakia, Bulgaria, Kroasia, Polandia, Siprus, Slovenia, serta Italia.
Kroasia dianggap telah berhasil menurunkan tingkat PM2,5 hingga lebih dari 40 persen di 2023 dibandingkan 2022. Hal itu disebabkan meningkatnya penggunaan energi terbarukan.
Hammes menyebut, ada beberapa kota paling tercemar yang terkonsentrasi di Asia Selatan dan Tengah. Menurut laporan IQAir, posisi pertama ditempati Bangladesh dengan PM2,5 sebesar 79,9 µg/m3. Jumlahnya lebih dari 15 kali lebih tinggi daripada pedoman WHO.
Baca juga:
Pakistan berada di posisi kedua, dengan tingkat polusi 14 kali lipat di atas standar aman. Disusul oleh India, dengan tingkat polusi PM2,5 10 kali lipat di atas batas aman.
Negara ini juga merupakan rumah bagi empat kota paling tercemar di dunia, dengan kawasan industri Begusarai di timur laut tercatat sebagai yang terburuk.
Tajikistan dan Burkina Faso menjadi negara selanjutnya dengan tingkat polusi tertinggi. Kedua negara ini memiliki tingkat PM2,5 sembilan kali di atas standar aman.
Sementara itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah enam laporan IQAir, Kanada menjadi negara paling tercemar di Amerika Utara, yang menjadi rumah bagi 13 kota pencemaran tinggi di kawasan itu.
“Lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan merupakan hak asasi manusia yang universal. Di banyak bagian dunia, kurangnya data kualitas udara menunda tindakan tegas dan memperparah penderitaan manusia,” tutur Hammes.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya