Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sustainable Aviation Fuel" Bakal Tekan 718 Mega Ton CO2 di 2050

Kompas.com - 19/04/2025, 19:43 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan, sustainable aviation fuel (SAF) atau bahan bakar pesawat ramah lingkungan bakal menekan emisi hingga 718 mega ton CO2 pada 2050. 

Ahli dari Program Postdoc BRIN 2023-2025, Arif Rahman, menyampaikan industri penerbangan dunia menargetkan pengurangan 11,5 giga ton CO2 di tahun tersebut. 

"Diprediksi juga pada tahun yang sama proses kebutuhan SAF sekitar 449 miliar liter secara global dalam satu tahun,” ujar Arif dalam keteranganya, Sabtu (19/4/2025). 

Menurutnya, Indonesia memiliki tiga tujuan utama terkait target net zero emission (NZE) yakni mencapai dekarbonisasi aviasi yang mendukung tercapainya target dekarbonisasi global dan domestik, serta pengurangan emisi karbon aviasi dengan SAF.

Baca juga: Penggunaan BBM Kualitas Rendah Perlu dibatasi untuk Pangkas Emisi

Kemudian, mencapai kedaulatan energi dengan memenuhi kebutuhan energi sektor aviasi secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku domestik. 

"Ketiga, penciptaan nilai ekonomi melalui hilirisasi bahan baku, penjualan SAF  untuk pasar ekspor dan domestik, serta peningkatan investasi,” jelas Arif.

Kendati demikian, produksi SAF di Indonesia masih bergantung pada hydro-processed esters and fatty acids (HEFA), yang menggunakan palm kernel oil. Bahan ini kata Arief, belum ramah lingkungan. 

Baca juga: Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

“Pentingnya keberlanjutan dalam produksi SAF antara lain mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mendorong ekonomi sirkular," papar Arief. 

"Mengurangi polusi udara lokal, mendukung pembangunan berkelanjutan, memenuhi regulasi dan tuntutan pasar,” imbuh dia.

Sementara ini, used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah dan palm fatty acid destillate (PFAD) tengah dipertimbangkan untuk menjadi bahan baku SAF. 

Penelitian Lebih Lanjut 

Arief menerangkan, produksi SAF membutuhkan metode Life Cycle Assessment (LCA). Ini merupakan metode sistematis untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari suatu produk, proses, atau aktivitas dari awal sampai akhir siklus hidupnya.

Metode LCA mempertimbangkan berbagai tahapan mulai dari ekstrasi bahan baku, produksi, distribusi, penggunaan, hingga pembuangan akhir.

“LCA memiliki beberapa manfaat yang signifikan di Indonesia, seperti mengidentifikasi dampak lingkungan produk atau layanan, mengurangi biaya produksi, meningkatkan efisiensi produksi dan penggunaan sumber daya," tutur dia. 

Di sisi lain, kelengkapan data LCA masih menjadi tantangan dalam produksi SAF. 

Baca juga: 4 Perubahan Perilaku yang Paling Efektif untuk Menurunkan Emisi Karbon

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Lonjakan Permintaan dan Perubahan Iklim Sebabkan Kurangnya Pasokan Tenaga Surya

Lonjakan Permintaan dan Perubahan Iklim Sebabkan Kurangnya Pasokan Tenaga Surya

Pemerintah
KKP Tegaskan Tak Boleh Ada Privatisasi di Pantai Labuan Bajo

KKP Tegaskan Tak Boleh Ada Privatisasi di Pantai Labuan Bajo

Pemerintah
'Sustainable Aviation Fuel' Bakal Tekan 718 Mega Ton CO2 di 2050

"Sustainable Aviation Fuel" Bakal Tekan 718 Mega Ton CO2 di 2050

Pemerintah
Gapki Minta Beban Ekspor Dikurangi akibat Perang Dagang

Gapki Minta Beban Ekspor Dikurangi akibat Perang Dagang

LSM/Figur
Microsoft Capai 90,9 Persen Sirkularitas Perangkat Keras, Lampaui Target Nol Sampah 2025

Microsoft Capai 90,9 Persen Sirkularitas Perangkat Keras, Lampaui Target Nol Sampah 2025

Pemerintah
Inggris-RI Perkuat Kerja Sama Atasi Krisis Iklim hingga Biodiversitas

Inggris-RI Perkuat Kerja Sama Atasi Krisis Iklim hingga Biodiversitas

Pemerintah
Rumah Tamadun, Sulap Limbah Sawit Jadi Produk Ramah Lingkungan

Rumah Tamadun, Sulap Limbah Sawit Jadi Produk Ramah Lingkungan

BUMN
Penggunaan BBM Kualitas Rendah Perlu dibatasi untuk Pangkas Emisi

Penggunaan BBM Kualitas Rendah Perlu dibatasi untuk Pangkas Emisi

Pemerintah
Bahlil Proyeksikan PLTN Beroperasi di 2030 Mendatang

Bahlil Proyeksikan PLTN Beroperasi di 2030 Mendatang

Pemerintah
Unhas dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhas dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau