Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendanaan Solusi Berbasis Alam untuk Air Naik Dua Kali Lipat dalam 10 Tahun

Kompas.com, 13 Juni 2025, 15:24 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

"Di tengah semakin memburuknya krisis iklim dan keanekaragaman hayati, baik pemerintah maupun pihak swasta kini semakin menyadari dan berinvestasi pada potensi alam," ungkap Direktur global untuk ketahanan air tawar di The Nature Conservancy, Daniel Shemie.

Mereka mengakui bahwa alam memiliki kemampuan luar biasa untuk melindungi pasokan air minum kita dan juga untuk mengurangi dampak-dampak merusak dari bencana alam.

Keterlibatan investor

Para investor juga semakin menuntut agar perusahaan-perusahaan meningkatkan sistem mereka dalam memantau, mengukur, dan melaporkan semua risiko yang berhubungan dengan air.

Hampir 300 investor besar, yang secara kolektif mengelola aset senilai lebih dari 21 triliun dolar AS dalam kampanye Non-Disclosure Campaign.

Kampanye ini secara spesifik menargetkan perusahaan-perusahaan dari sektor-sektor yang sangat bergantung pada air tetapi belum secara transparan mengungkapkan data lengkap tentang penggunaan air, pengelolaan air, dan manajemen risiko terkait air yang mereka lakukan.

Analisis CDP menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar secara luas kurang melaporkan risiko-risiko yang berkaitan dengan air.

Diperkirakan bahwa setidaknya 225 miliar dolar AS dari nilai bisnis global berisiko akibat masalah air dalam operasi dan rantai pasok perusahaan, namun perusahaan-perusahaan hanya melaporkan 77 miliar dolar AS dari jumlah tersebut.

Yang lebih mengkhawatirkan, setidaknya 10 persen dari total risiko ini diperkirakan akan memiliki dampak langsung atau segera.

Baca juga: Polutan Baru Picu Krisis Air dan Kenaikan Biaya Hidup di Negara Berkembang

Karena banyaknya perusahaan besar yang kurang melaporkan risiko air mereka, CDP telah meningkatkan jumlah perusahaan yang diminta untuk mengungkapkan data terkait air secara drastis.

Tekanan dari investor ini semakin meningkat seiring dengan fakta bahwa bisnis-bisnis sedang menghadapi risiko fisik yang nyata akibat peristiwa cuaca ekstrem yang diperparah oleh krisis iklim dan risiko-risiko ini secara langsung terhubung dengan sistem air.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terkering bagi sungai-sungai global dalam lebih dari tiga puluh tahun.

Sebuah laporan menunjukkan bahwa aliran sungai dan aliran masuk waduk telah berada di bawah level normal selama lima tahun berturut-turut.

Pada tahun 2023, lebih dari 50 persen daerah tangkapan air global menunjukkan kondisi abnormal, dengan sebagian besar menunjukkan defisit air.

Laporan WWF yang terpisah mengungkapkan bahwa krisis air yang mengancam membahayakan sumber daya air dan ekosistem air tawar yang bernilai sekitar 58 triliun dolar AS per tahun.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau