Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajak Publik Pantau Biodiversitas? Bisa, Modalnya Gadget dan Insentif

Kompas.com, 20 Juli 2025, 09:09 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru dari University of Osaka dan National Institute for Environmental Studies menemukan makin banyak masyarakat yang mau memantau keanekaragaman hayati melalui aplikasi alam.

Selain itu, studi juga mencatat partisipasi masyarakat tersebut dipengaruhi adanya berbagai jenis insentif. Temuan ini pun mengungkap cara-cara baru untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati melalui citizen science.

Melansir Phys, Kamis (17/7/2025) sekelompok peneliti mengamati 830 pengguna aplikasi smartphone Biome dari Jepang. Biome adalah aplikasi populer tempat pengguna bisa mengunggah foto satwa liar dan langsung tahu spesiesnya lewat fitur AI. Para peneliti ini melakukan eksperimen untuk memahami perilaku mereka.

Baca juga: Pupuk Kaltim Genjot Konservasi Terumbu Karang dan Mangrove untuk Keanekaragaman Hayati Laut

Dalam sebuah eksperimen, peserta dibagi tiga: ada yang dapat uang tunai, ada yang donasi ke lingkungan, dan ada yang tanpa hadiah.

Hasilnya, insentif berupa uang tunai membuat pengguna lebih sering mengunggah, bahkan meningkatkan jumlah unggahan hingga 57 persen.

Namun, insentif donasi, meskipun tidak menambah jumlah unggahan, mendorong pengguna untuk lebih fokus pada pengunggahan spesies yang lebih langka.

Sebagai informasi, untuk memantau keanekaragaman hayati secara akurat, kita butuh banyak data, termasuk spesies langka. Aplikasi citizen science seperti Biome bisa mengumpulkan data ini dari masyarakat pengguna smartphone, asalkan mereka terus aktif.

Penelitian ini pun jadi yang pertama menunjukkan bagaimana insentif bisa memengaruhi seberapa banyak dan seberapa baik data ekologi yang dikumpulkan.

Baca juga: Penelitian: Semua Kehilangan Keanekaragaman Hayati Disebabkan Manusia

"Insentif memengaruhi jumlah dan jenis unggahan yang dibuat orang. Ini bisa membantu kita membuat program sains warga yang lebih efektif untuk mendukung keanekaragaman hayati," kata penulis utama studi, Shusaku Sasaki.

Lebih lanjut, temuan-temuan ini bisa memberikan panduan bagi para pembuat kebijakan dan organisasi dalam merancang kampanye lingkungan.

Misalnya, insentif tunai mungkin paling baik digunakan ketika memerlukan jumlah data yang besar, sementara insentif berbasis donasi dapat menarik pengguna yang mencari makna dan berkontribusi data yang lebih langka.

Perusahaan bahkan bisa menggunakan skema semacam ini sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan mereka.

Studi ini diterbitkan di Ecological Economics pada bulan April 2025 dengan judul "Prosocial and Financial Incentives for Biodiversity Conservation: A Field Experiment Using a Smartphone App."

Baca juga: Pembangunan Sembarangan di Luar Kawasan Lindung Ancam Biodiversitas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau