Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deal Tarif 19 Persen AS Jangan Jadi Deal Breaker dan Bikin Ketergantungan Impor

Kompas.com, 18 Juli 2025, 19:26 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah dinilai perlu melakukan upaya serius untuk mengurangi ketergantungan impor komoditas pertanian vital, termasuk kedelai dan susu dari Amerika Serikat (AS).

Pernyataan itu disampaikan peneliti dari Centre of Reforn on Economics (CORE) Eliza Mardiana, Jumat (18/7/2025), menanggapi kesepakatan dagang baru antara Indonesia dan AS.

Indonesia telah sepakat membeli produk pertanian AS senilai 4,5 miliar dolar AS sebagai bagian dari perjanjian tarif 19 persen yang dikenakan AS pada Indonesia. Sementara produk-produk AS akan memasuki Indonesia tanpa tarif atau nol persen.

Eliza mencontohkan untuk komoditas jagung, Indonesia sebetulnya surplus, tetapi impor tetap dilakukan, terutama untuk kebutuhan pakan ternak.

"Mayoritas peternak itu di Pulau Jawa, sementara sentra jagung mayoritas di luar Jawa. Karena biaya logistik dalam negeri relatif mahal, jadi harga jagung dalam negeri tidak kompetitif dibandingkan impor," paparnya.

Akibatnya, peternak cenderung memilih pakan ternak dari jagung impor dan limbah kedelai impor karena harganya lebih murah.

Situasi berbeda terjadi pada komoditas lain seperti kedelai dan susu.

Dia menyebut, produksi dalam negeri untuk kedua komoditas ini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga impor dibutuhkan.

Baca juga: Produk AS Bebas Masuk RI, Pemerintah Siap-siap agar UMKM Bisa Bersaing

Namun, Eliza menegaskan, pentingnya upaya serius dari pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor pada komoditas-komoditas vital ini.

"Masa akan dibiarkan terus bergantung pada impor?" katanya.

Menurut dia, belum ada upaya signifikan dalam mengurangi ketergantungan impor kedelai, jagung, susu, dan daging.

“Kalau ini butuh RnD (penelitian dan pengembangan), dan kebijakan harga yang berkeadilan dan pasti bagi petani sebagaimana kebijakan pembelian gabah kering panen oleh pemerintah (HPP) Rp6.500 per kg,” tuturnya seperti dikutip Antara.

“Kalau padi sudah mulai ada kelihatan hasilnya,” katanya lagi.

Menurut laporan "2024 United States Agricultural Export Year Book" dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), total ekspor pertanian AS ke Indonesia pada 2024 mencapai 2,9 miliar dolar AS, menurun empat persen dibanding tahun sebelumnya.

AS menjadi pemasok produk pertanian terbesar keempat bagi Indonesia, setelah Brasil, China, dan Australia.

Kedelai menjadi komoditas ekspor pertanian AS terbesar ke Indonesia, dengan nilai mencapai 1,3 miliar dolar AS. Indonesia sendiri merupakan importir kedelai terbesar keempat dari AS setelah China, Uni Eropa, dan Meksiko.

Selain kedelai, Indonesia juga mengimpor berbagai produk pertanian lain dari AS, termasuk biji-bijian penyuling (distillers grains) untuk bahan pakan ternak, susu, gandum, kapas serta daging sapi dan olahannya.

Baca juga: Pemerintah Pastikan UMKM Belum Terdampak Tarif Impor Trump

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau