Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peningkatan Kadar CO2 Ancam Reproduksi Serangga

Kompas.com, 15 Agustus 2025, 16:42 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Perubahan iklim memengaruhi kehidupan dalam setiap skala, dari gletser hingga serangga.

Tapi, di balik perubahan suhu dan cuaca yang sudah dikenal luas, ada perubahan lain yang sedang berlangsung dan tidak begitu terlihat.

Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal National Science Review mengungkapkan bahwa meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) mengacaukan naluri reproduksi salah satu serangga, yaitu ngengat kapas (Helicoverpa armigera).

Dengan mengacaukan kemampuan serangga ini dalam memilih lokasi terbaik untuk bertelur, perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak berantai di ekosistem, memengaruhi ketahanan pangan serta mengubah strategi pengelolaan hama.

Melansir Earth, Minggu (10/8/2025) bagi ngengat kapas (H. armigera), CO2 bukan sekadar gas di atmosfer, melainkan petunjuk penting.

Ngengat betina dapat mendeteksi perbedaan kecil pada CO2 yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Mereka akan menuju ke daun-daun yang lebih muda karena daun tersebut memproduksi sedikit lebih banyak gas CO2.

Baca juga: Krisis Serangga, Ragam Faktor yang Dipicu Manusia Penyebabnya

Daun-daun muda ini cenderung menawarkan nutrisi yang lebih baik untuk larva yang sedang berkembang.

Namun sebuah penelitian mengungkapkan pada kondisi CO2 tinggi, ngengat betina kehilangan preferensi kuat mereka terhadap daun muda.

Sebaliknya, ngengat bertelur lebih banyak pada daun yang lebih tua. Lokasi yang kurang bergizi ini dapat membahayakan kesehatan larva.

"Tanpa sinyal CO2 yang akurat, serangga kesulitan menemukan lokasi bertelur yang ideal, yang dapat memengaruhi dinamika populasi hama dan kerusakan pertanian," terang Profesor Guirong Wang, dari Chinese Academy of Agricultural Sciences.

Menariknya, hilangnya reseptor tidak mengubah jumlah total telur yang diletakkan, melainkan hanya lokasi penempatannya. Mereka meletakkan telurnya secara lebih acak, mengabaikan daun-daun muda yang biasanya mereka jadikan target.

H. armigera sendiri merupakan salah satu hama pertanian paling merusak di dunia. Serangga ini memakan lebih dari 200 tanaman dan menyebabkan kerugian panen yang besar.

Baca juga: Populasi Serangga Hutan Tropis Turun Drastis, Apa Dampaknya?

Reproduksi yang lebih rendah memang akhirnya dapat mengurangi larva, akan tetapi di sisi lain hama dapat beradaptasi atau menyebar, sehingga hasilnya tidak pasti bagi petani.

Dalam skala yang lebih besar, perubahan perilaku bertelur ini dapat memengaruhi keseimbangan antara hama, predator mereka, dan penyerbuk.

Penelitian ini memperkuat bukti bahwa dampak perubahan iklim lebih dari sekadar memindahkan spesies atau mengubah musim kawin. Perubahan iklim bisa secara mendasar merusak bagaimana hewan memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Bagi serangga, yang kelangsungan hidupnya seringkali bergantung pada isyarat kimiawi, hal ini bisa sangat mengganggu.

Sementara bagi petani dan ahli ekologi, memahami perubahan sensorik ini akan menjadi kunci untuk mengantisipasi tekanan hama di masa mendatang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau