Negara-negara kaya bisa menyesuaikan diri, beradaptasi, atau membeli solusi untuk keluar dari masalah. Sedangkan negara-negara miskin sering kali tidak bisa.
Perdagangan makanan global pun tidak secara langsung menciptakan dampak baik atau buruk.
Baca juga: WHO: 2,1 Miliar Orang Sulit Akses Air Bersih, Dunia Didorong Ikut Danai
Sebaliknya, itu menimbulkan konsekuensi timbal balik. Beberapa negara diuntungkan, sementara yang lain dirugikan. Bahkan di dalam satu negara, ada komunitas yang terbantu sementara yang lain menghadapi bahaya.
“Perdagangan pertanian internasional hampir tidak pernah menghasilkan hasil yang sepenuhnya positif atau negatif,” kata Dr. Yue Qin, penulis utama laporan tersebut.
“Realitas ini menuntut kebijakan air dan perdagangan yang lebih terarah dan berorientasi pada kesetaraan yang mendukung populasi rentan dengan kapasitas adaptif terbatas dan mendorong tata kelola air global yang adil dan berkelanjutan,” tambahnya.
Laporan akhirnya mendorong kebijakan yang lebih cerdas dan adil serta mendesak setiap negara untuk berhenti hanya berfokus pada total air nasional, dan mulai melihat bagaimana kelompok-kelompok yang berbeda di dalam negara-negara tersebut terkena dampaknya.
Pemerintah nasional juga dapat mengambil langkah maju dengan membantu komunitas berpenghasilan rendah secara langsung.
Hal ini bisa berarti pemberian subsidi, pembatasan harga, atau membangun infrastruktur yang lebih baik, seperti sumur, pompa, dan pipa.
Sementara di lahan pertanian, beralih ke irigasi tetes atau menanam tanaman yang tidak terlalu banyak membutuhkan air juga dapat sangat membantu.
Kebijakan perdagangan juga penting.
Daripada hanya bergantung pada beberapa mitra ekspor atau jenis tanaman utama, negara dapat melakukan diversifikasi. Contohnya, China telah mengubah cara mereka mengimpor beras dan gandum untuk menyeimbangkan permintaan dengan lebih baik.
Baca juga: IPB Dorong Terwujudnya Sistem Pangan Berkelanjutan untuk Hindari Konflik Global
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya