JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama TNI, Polri, pemerintah daerah, mitra swasta, relawan, serta masyarakat setempat membersihkan gelondongan kayu dan material bangunan yang terseret arus banjir bandang akhir November lalu.
Pembersihan difokuskan di Pesantren Darul Mukhlisin, Aceh Tamiang dan wilayah Langkahan, Aceh Utara.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Subhan mengatakan pengangkutan limbah dilakukan secara intensif hingga malam hari. Melibatkan ratusan personel serta puluhan unit alat berat
“Pembersihan tidak hanya menyasar tumpukan kayu, tetapi juga ruang belajar, rumah ibadah, dan akses vital masyarakat. Hingga saat ini progres pembersihan di lingkungan pesantren telah mencapai sekitar 65 persen, dan kegiatan terus kami percepat dengan dukungan lintas pihak,” ungkap Subhan dalam keterangannya, Jumat (26/12/2025).
Baca juga: Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Tim Manggala Agni, BBTNGL, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) turut membersihkan ruang belajar serta fasilitas masjid. Sementara pengukuran dan penghitungan kayu limbah dilakukan sebelum diangkut ke lokasi penampungan akhir sesuai ketentuan.
Di Sumatera Utara, petugas membersihkan gelondongan kayu pasca banjir di Desa Aek Ngadol, Desa Garoga, dan Desa Huta Godang.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Novita Kusuma Wardani menjelaskan bahwa keterlibatan Kemenhut difokuskan pada dukungan teknis, personel, maupun pendampingan lapangan.
“Kemenhut melalui BBKSDA Sumatera Utara ikut berpartisipasi mendukung Satgas, terutama dalam pembersihan di sekitar permukiman warga dan fasilitas umum, serta pendampingan teknis agar kegiatan berjalan aman dan tertib,” papar Novita.
Kerja sama antar lembaga, kata dia, menjadi kunci percepatan pemulihan wilayah terdampak. Pembersihan juga dilakukan di Pantai Kota Padang, Sumatera Barat. Sejak 20 hingga 25 Desember 2025, area pantai sepanjang 5,6 kilometer ke arah utara berhasil dibersihkan.
Baca juga: Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Menurut Kepala BKSDA Sumatera Barat, Hartono, pembersihan dilakukan dengan alat berat dan gotong royong.
“Material kayu besar ditangani menggunakan alat berat dan dijauhkan dari bibir pantai, sementara serpihan kayu dibersihkan secara manual. Di area dengan aktivitas nelayan, kayu telah dinaikkan ke daratan dan dirapikan untuk dikelola oleh masyarakat,” tutur dia.
Pengangkutan sampah bakal berlanjut ke lokasi berikutnya melewati kawasan cemara hingga ke muara Penjalinan, dengan pendekatan serupa.
Diberitakan sebelumnya, Kemenhut telah mengizinkan warga memanfaatkan gelondongan kayu yang menumpuk di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat karena terbawa arus banjir.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kemenhut, Laksmi Wijayanti menyebut kayu tersebut bisa dijadikan material pembangunan rumah, fasilitas ataupun sarana prasarana.
Kebijakan pemanfaatan kayu termaktub dalam edaran Ditjen PHL pada 8 Desember 2025 terkait Pemanfaatan Kayu Hanyut untuk Pemulihan Pasca Bencana Banjir yang ditujukan bagi tiga gubernur di wilayah terdampak banjir.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya