JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Indonesian Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof mengungkapkan minyak yang merupakan salah satu sumber energi fosil masih sangat diminati, dan permintaannya akan terus meningkat.
Namun, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) diperiksi bakal menurun setelah 2035 imbas peralihan konsumen ke kendaraan listrik.
"Perubahan ini tentunya karena ada perubahan dari adopsi transportasi energi menggunakan kendaraan listrik dan perubahan penggunaan bahan bakar yang sifatnya lebih kepada energi terbarukan," ujar Aris dalam webinar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rabu (24/12/2025).
Sebelumnya, Indef mencatat penjualan battery electric vehicle (BEV) melonjak hampir sembilan kali lipat. Proyeksi 2025 memperkirakan BEV menembus 126.000 unit atau sekitar 10 persen dari total pasar. Kendati, penjualan mobil listrik di Indoensia menurun dari 1,048 juta unit pada 2022 menjadi 866.000 unit di 2024.
Baca juga: Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
Berbeda dengan minyak mentah, Aris menilai gas alam akan memiliki masa penggunaan yang lebih panjang dalam transisi energi. Secara global, permintaan gas diproyeksikan meningkat hingga 2040, lalu stagnan seiring perkembangan energi terbarukan.
"Selain dari gas yang selalu kita gunakan LNG (liquefied natural gas) merupakan suatu bagian dari gas yang di mana perdagangan LNG ini makin pesat berkembangnya, terutama di Asia yang didorong oleh kebutuhan energi dari Asia Timur yakni China, Korea, dan Jepang," papar dia.
Sementara pasokan utamanya berasal dari Amerika Serikat, Qatar, dan Australia, menyebabkan LNG berperan besar selama tiga dekade mendatang.
Dalam kesempatan tersebut, Aris menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi gas alam dengan cadangan dan sumber daya mencapai triliun kaki kubik (TCF) tersebar di Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
"Hal ini merupakan modal bagi kita ke depan bagaimana kita memanfaatkan energi gas sebesar-besarnya untuk kebutuhan rakyat. Dengan sumber daya yang cukup besar ini bagaimana kita bisa mengembangkan kebutuhan terutama untuk pasar-pasar kita ke depan dan industri-industri kita ke depan," sebut Aris.
Baca juga: BRIN: Bioetanol dari Aren Bisa Jawab Kebutuhan BBM Ramah Lingkungan
Meski demikian, Indonesia menghadapi tanyangan berupa suplai dan permintaan yang tidak seimbang. Permintaan gas paling banyak berasal dari Jawa dan Sumatera yang mencapai 80 persen. Sedangkan 60 persen sumbernya berada di Indonesia bagian timur.
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat distribusi gas sangat bergantung pada pipa dan LNG. Ketidakseimbangan ini, menurut Aris, menuntut pengembangan infrastruktur agar suplai dari wilayah timur dapat menjangkau pusat permintaan.
"Ini PR yang besar bagi kita semua," imbuh Aris.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Gunawan menyatakan saat ini ketahanan nasional masih menghadapi kendala berupa penurunan produksi minyak, kurangnya kapasitas kilang, tingginya ketergantungan impor energi seperti minyak bumi, BBM, dan LPG, hingga rendahnya bauran EBT.
Namun, ia menegaskan Indonesia berada dalam era transisi energi. Gas bumi menjadi sumber energi alternatif yang dipilih karena lebih ramah lingkungan dan cadangan dalam negeri masih memadai.
Berdasarkan data per 1 Januari 2025, cadangan gas bumi Indonesia mencapai 55.852 billion standard cubic feet (BSCF), yang terdiri dari cadangan terbukti, cadangan mungkin, dan cadangan harapan. Menurut Hendra, hingga September 2025 rata-rata pemanfaatan gas bumi mencapai 5.594 billion british thermal unit per day (BBTUD) dengan penyerapan domestik sekitar 69,65 persen.
"Pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk memprioritaskan kebutuhan gas dalam negeri, dan kuota ekspor akan diturunkan secara bertahap. Pemanfaatan gas bumi yang paling besar dalam negeri adalah ekspor industri, mempertimbangkan demand gas bumi di dalam negeri yang terus tumbuh perlu dilaksanakan strategi pemenuhan kebutuhan domestik," ucap Hendra.
Strategi itu antara lain mendorong percepatan eksplorasi dan produksi, serta pembangunan infrastruktur gas termasuk jaringan pipa transmisi dan distribusi serta fasilitas LNG.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya