Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik

Kompas.com, 26 Desember 2025, 12:39 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Indonesian Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof mengungkapkan minyak yang merupakan salah satu sumber energi fosil masih sangat diminati, dan permintaannya akan terus meningkat.

Namun, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) diperiksi bakal menurun setelah 2035 imbas peralihan konsumen ke kendaraan listrik.

"Perubahan ini tentunya karena ada perubahan dari adopsi transportasi energi menggunakan kendaraan listrik dan perubahan penggunaan bahan bakar yang sifatnya lebih kepada energi terbarukan," ujar Aris dalam webinar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rabu (24/12/2025).

Sebelumnya, Indef mencatat penjualan battery electric vehicle (BEV) melonjak hampir sembilan kali lipat. Proyeksi 2025 memperkirakan BEV menembus 126.000 unit atau sekitar 10 persen dari total pasar. Kendati, penjualan mobil listrik di Indoensia menurun dari 1,048 juta unit pada 2022 menjadi 866.000 unit di 2024.

Baca juga: Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah

Berbeda dengan minyak mentah, Aris menilai gas alam akan memiliki masa penggunaan yang lebih panjang dalam transisi energi. Secara global, permintaan gas diproyeksikan meningkat hingga 2040, lalu stagnan seiring perkembangan energi terbarukan.

"Selain dari gas yang selalu kita gunakan LNG (liquefied natural gas) merupakan suatu bagian dari gas yang di mana perdagangan LNG ini makin pesat berkembangnya, terutama di Asia yang didorong oleh kebutuhan energi dari Asia Timur yakni China, Korea, dan Jepang," papar dia.

Sementara pasokan utamanya berasal dari Amerika Serikat, Qatar, dan Australia, menyebabkan LNG berperan besar selama tiga dekade mendatang.

Dalam kesempatan tersebut, Aris menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi gas alam dengan cadangan dan sumber daya mencapai triliun kaki kubik (TCF) tersebar di Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

"Hal ini merupakan modal bagi kita ke depan bagaimana kita memanfaatkan energi gas sebesar-besarnya untuk kebutuhan rakyat. Dengan sumber daya yang cukup besar ini bagaimana kita bisa mengembangkan kebutuhan terutama untuk pasar-pasar kita ke depan dan industri-industri kita ke depan," sebut Aris.

Baca juga: BRIN: Bioetanol dari Aren Bisa Jawab Kebutuhan BBM Ramah Lingkungan

Meski demikian, Indonesia menghadapi tanyangan berupa suplai dan permintaan yang tidak seimbang. Permintaan gas paling banyak berasal dari Jawa dan Sumatera yang mencapai 80 persen. Sedangkan 60 persen sumbernya berada di Indonesia bagian timur.

Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat distribusi gas sangat bergantung pada pipa dan LNG. Ketidakseimbangan ini, menurut Aris, menuntut pengembangan infrastruktur agar suplai dari wilayah timur dapat menjangkau pusat permintaan.

"Ini PR yang besar bagi kita semua," imbuh Aris.

Isu Ketahanan Energi

Sementara itu, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Gunawan menyatakan saat ini ketahanan nasional masih menghadapi kendala berupa penurunan produksi minyak, kurangnya kapasitas kilang, tingginya ketergantungan impor energi seperti minyak bumi, BBM, dan LPG, hingga rendahnya bauran EBT.

Namun, ia menegaskan Indonesia berada dalam era transisi energi. Gas bumi menjadi sumber energi alternatif yang dipilih karena lebih ramah lingkungan dan cadangan dalam negeri masih memadai.

Berdasarkan data per 1 Januari 2025, cadangan gas bumi Indonesia mencapai 55.852 billion standard cubic feet (BSCF), yang terdiri dari cadangan terbukti, cadangan mungkin, dan cadangan harapan. Menurut Hendra, hingga September 2025 rata-rata pemanfaatan gas bumi mencapai 5.594 billion british thermal unit per day (BBTUD) dengan penyerapan domestik sekitar 69,65 persen.

"Pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk memprioritaskan kebutuhan gas dalam negeri, dan kuota ekspor akan diturunkan secara bertahap. Pemanfaatan gas bumi yang paling besar dalam negeri adalah ekspor industri, mempertimbangkan demand gas bumi di dalam negeri yang terus tumbuh perlu dilaksanakan strategi pemenuhan kebutuhan domestik," ucap Hendra.

Strategi itu antara lain mendorong percepatan eksplorasi dan produksi, serta pembangunan infrastruktur gas termasuk jaringan pipa transmisi dan distribusi serta fasilitas LNG.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik
Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik
Pemerintah
Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Pemerintah
Sistem Komando Dinilai Hambat Penanganan Banjir Sumatera
Sistem Komando Dinilai Hambat Penanganan Banjir Sumatera
LSM/Figur
Aceh Terancam Kekurangan Pangan hingga 3 Tahun ke Depan akibat Banjir
Aceh Terancam Kekurangan Pangan hingga 3 Tahun ke Depan akibat Banjir
Pemerintah
Ecoton Temukan Mikroplastik pada Air Hujan dari 4 Wilayah di Jawa Timur
Ecoton Temukan Mikroplastik pada Air Hujan dari 4 Wilayah di Jawa Timur
LSM/Figur
Universitas Brawijaya Kembangkan Biochar dan Kompos untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berbasis Desa
Universitas Brawijaya Kembangkan Biochar dan Kompos untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berbasis Desa
Pemerintah
Ekspansi Sawit hingga Masifnya Permukiman Gerus Hutan di DAS Sumatera Utara
Ekspansi Sawit hingga Masifnya Permukiman Gerus Hutan di DAS Sumatera Utara
Pemerintah
Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Guru Besar IPB Soroti Pembalakan liar di Balik Bencana Banjir Sumatera
Pemerintah
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Sumatera Darurat Biodiversitas, Habitat Gajah Diprediksi Menyusut 66 Persen
Pemerintah
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
PGE dan PLN Indonesia Power Sepakati Tarif Listrik PLTP Ulubelu
BUMN
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
Asia Tenggara Termasuk Sumber Utama Gas Rumah Kaca
LSM/Figur
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Uni Eropa Bakal Perketat Impor Plastik demi Industri Daur Ulang Lokal
Pemerintah
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
Pakar Soroti Lemahnya Sistem Pemulihan Pascabencana di Indonesia
LSM/Figur
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
Banjir Aceh Disebut Jadi Dampak Deforestasi, Tutupan Hutan Sudah Kritis Sejak 15 Tahun Lalu
LSM/Figur
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pengamat: Pengelolaan Air Jadi Kunci Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau