Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi

Kompas.com, 29 Desember 2025, 18:44 WIB
Zintan Prihatini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto mengatakan, terjadi 3.176 bencana alam di Indonesia sepanjang 2025.

Ia melanjutkan, bencana hidrometeorologi berupa banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor mendominasi dengan persentase 99,02 persen, sedangkan 0,98 persen lainnya adalah bencana geologi.

Baca juga:

Suharyanto menjelaskan, tren bencana di Indonesia periode 2021-2025 bersifat fluktuatif. Meski jumlah kejadian pada tahun 2022 dan tahun 2024 sempat menembus angka 3.000, BNPB berupaya menekan dampak bencana, terutama korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

"Ini sebetulnya sudah turun bagus, tetapi ketika 25 dan 26 November kemarin terjadi siklon senyar di tiga provinsi di Sumatera, tentu saja ini grafiknya naik lagi karena bertambah 1.100 lebih korban jiwa, yang hilang, dan luka-luka," kata Suharyanto dalam konferensi pers, Senin (29/12/2025).

Lebih dari 3.000 bencana terjadi di Indonesia sepanjang 2025

Menurunkan risiko dan dampak bencana bukan hal mudah

Banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat juga mengakibatkan kerusakan permukiman dan infrastruktur, dengan estimasi kerugian mencapai triliunan rupiah.

Menurut Suharyanto, kondisi tersebut menunjukkan menurunkan risiko dan dampak bencana bukan perkara mudah.

"Karena kadang-kadang terjadi bencana yang sifatnya tiba-tiba yang tidak bisa diprediksi dengan mencatat data atau kejadian di tahun-tahun berikutnya," tutur dia.

Baca juga: Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera

Foto udara kondisi sekitar jembatan darurat di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Kamis (11/12/2025). Warga masih melintasi jembatan darurat dari batang kayu akibat jalan dan jembatan penghubung antara Kabupaten Tapanuli Selatan menuju Tapanuli Tengah-Sibolga serta Medan putus diterjang banjir bandang pada Selasa (29/11). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja Foto udara kondisi sekitar jembatan darurat di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Kamis (11/12/2025). Warga masih melintasi jembatan darurat dari batang kayu akibat jalan dan jembatan penghubung antara Kabupaten Tapanuli Selatan menuju Tapanuli Tengah-Sibolga serta Medan putus diterjang banjir bandang pada Selasa (29/11).

Pemerintah daerah wajib siap siaga terhadap bencana hidrometeorologi di tengah musim hujan seperti saat ini.

Namun, Suharyanto menyoroti belum maksimalnya kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"Saya, keluarga besar BNPB, menyarankan kepada Bapak Wakil Menteri Dalam Negeri dengan melihat, mencatat, apalagi terjadinya bencana besar di Sumatera ke depan barangkali salah satunya adalah meningkatkan kemampuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah," jelas Suharyanto

Baca juga: Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit

Dia lalu mengusulkan agar kepala BPBD tidak lagi dirangkap oleh sekretaris daerah. Tujuannya adalah memastikan kewenangan dan kecepatan pengambilan keputusan saat masa tanggap darurat bencana.

Di samping itu, BNPB meminta daerah meningkatkan mitigasi, kesiapsiagaan, serta memastikan jalur evakuasi dan transportasi berfungsi baik.

Hal itu khususnya di daerah rawan bencana yakni Sumatera, Kalimantan Selatan, dan sebagian Jawa Barat.

Hujan diprediksi guyur Indonesia hingga Maret 2026

3.176 bencana alam melanda Indonesia sepanjang 2025, dengan banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem mendominasi. KOMPAS.com/Lalu Muammar Q 3.176 bencana alam melanda Indonesia sepanjang 2025, dengan banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem mendominasi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan di beberapa wilayah di Indonesia terjadi hingga Maret 2026.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani menuturkan, wilayah Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Papua bagian Selatan, serta sebagian Sulawesi Selatan masih diguyur hujan sampai Januari 2026 mendatang.

"Kemudian di bulan Februari juga beberapa daerah masih memiliki curah hujan yang tinggi, akan tetapi pada daerah Sumatera di pesisir timur dari Aceh, Sumatera Utara, kemudian Riau dan sebagian Jambi sudah mulai memasuki musim kemarau," ujar Faisal.

Pada Maret 2026, curah hujan tinggi diprediksi melanda Jawa Tengah. Menurut Faisal, intensitas hujan di sejumlah wilayah tersebut bahkan berpotensi masuk kategori sangat tinggi dengan curah mencapai 500 milimeter.

Kondisi cuaca ekstrem ini dipengaruhi oleh anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang lebih rendah dibandingkan perairan Indonesia.

"Ini membuat aliran masa udara menuju ke Indonesia dan kemudian memicu pertumbuhan awan-awan tinggi atau deep convection yang menyebabkan saat ini di Indonesia hujannya cukup lebat dalam beberapa bulan terakhir," terang dia.

Baca juga:

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
INDEF: Struktur Tenaga Kerja di Indonesia Rentan Diganti Teknologi
INDEF: Struktur Tenaga Kerja di Indonesia Rentan Diganti Teknologi
LSM/Figur
Perangi Greenwashing, Industri Fashion Segera Luncurkan Paspor Produk
Perangi Greenwashing, Industri Fashion Segera Luncurkan Paspor Produk
Pemerintah
Bencana Iklim 2025 Renggut Lebih dari Rp 2.000 Triliun, Asia Paling Terdampak
Bencana Iklim 2025 Renggut Lebih dari Rp 2.000 Triliun, Asia Paling Terdampak
LSM/Figur
BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi
BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi
Pemerintah
Banjir Ekstrem akibat Lelehan Gletser Diprediksi Lebih Mematikan
Banjir Ekstrem akibat Lelehan Gletser Diprediksi Lebih Mematikan
LSM/Figur
Produksi Listrik Panas Bumi KS Orka Renewables Lampaui 1 Juta MWh
Produksi Listrik Panas Bumi KS Orka Renewables Lampaui 1 Juta MWh
Swasta
Bencana Demografi di Indonesia Makin Nyata, Kalah dari Negara Tetangga
Bencana Demografi di Indonesia Makin Nyata, Kalah dari Negara Tetangga
LSM/Figur
Hirup Udara Berpolusi Berpotensi Berdampak pada Kekebalan Tubuh
Hirup Udara Berpolusi Berpotensi Berdampak pada Kekebalan Tubuh
Pemerintah
Kebun Kelapa Sawit Tak Bisa Gantikan Fungsi Hutan, Daya Serap Karbon Rendah
Kebun Kelapa Sawit Tak Bisa Gantikan Fungsi Hutan, Daya Serap Karbon Rendah
LSM/Figur
Musim Hujan Diprediksi Terjadi di Indonesia hingga Maret 2026
Musim Hujan Diprediksi Terjadi di Indonesia hingga Maret 2026
Pemerintah
Halte Bus Hijau, Bisa Menjadi Solusi Dinginkan Area Perkotaan
Halte Bus Hijau, Bisa Menjadi Solusi Dinginkan Area Perkotaan
Pemerintah
Masa Senja Industri Kehutanan Indonesia
Masa Senja Industri Kehutanan Indonesia
Pemerintah
Update Banjir Sumatera, Tim Gabungan Masih Bersihkan Tumpukan Kayu dan Limbah
Update Banjir Sumatera, Tim Gabungan Masih Bersihkan Tumpukan Kayu dan Limbah
Pemerintah
Gelondongan Kayu di Banjir Sumatera Bukti Kerusakan Hutan Sistemik, Bukan Sekadar Anomali Cuaca
Gelondongan Kayu di Banjir Sumatera Bukti Kerusakan Hutan Sistemik, Bukan Sekadar Anomali Cuaca
LSM/Figur
Sektor FOLU Disebut Mampu Turunkan 60 Persen Emisi Nasional
Sektor FOLU Disebut Mampu Turunkan 60 Persen Emisi Nasional
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau