Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menciptakan Konten Online Inklusif dan Menarik lewat Perbedaan Generasi

Kompas.com - 17/04/2023, 10:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Altrariq Welfare Yubaidi | Community Lead Growth Center 


KOMPAS.com - Di era digital saat ini, perbedaan generasi memiliki dampak signifikan pada strategi dan gaya pembuatan konten online. Memahami perbedaan ini penting bagi perusahaan, pemasar, dan kreator konten untuk menciptakan kampanye dan konten yang inklusif dan menarik.

Artikel ini akan membahas dampak perbedaan generasi dalam kreasi konten digital dengan mengacu pada hasil penelitian Program Jurnalisme Berkebangsaan.

Program Jurnalisme Berkebangsaan merupakan sebuah inisiatif untuk memperkuat komunitas dalam memupuk dan mengarusutamakan nilai kebangsaan di dunia digital.

Program ini dijalankan Kognisi.id dalam bentuk program pembelajaran selama 1,5 bulan terdiri dari pembelajaran mandiri melalui online courses terpilih mengenai jurnalistik, pembelajaran kolaboratif melalui diskusi antar komunitas serta pelatihan dari pihak Kompas Gramedia, dan ditutup praktik pembuatan konten digital.

Riset diambil dari pelaksanaan program pada tahun 2023 dengan data sebanyak 352 peserta dari 27 komunitas. Dari peserta tersebut, ditemukan 80% merupakan Gen Z, sementara sisanya adalah Milenial dan Gen X, dengan masing-masing 10%.

Hasil riset menunjukkan bahwa Milenial dan Gen X cenderung membuat konten dalam bentuk blogging atau hard news melalui media sosial yang memungkinkan mereka menulis lebih panjang, seperti Kompasiana, Instagram Feeds, Facebook, maupun web personal atau komunitas masing-masing.

Platform yang paling disukai oleh peserta Milenial dan Gen X adalah Kompasiana, dengan terhitung di atas 70 persen karya yang dibuat menggunakan platform tersebut.

Baca juga: 100.000 Pelajar Indonesia Dapat Pelatihan Keterampilan Digital hingga 3 Tahun

 

Hal ini menggambarkan bahwa Gen X dan Milenial membuat konten sebagai wadah personal branding dan lebih menyukai gaya kreasi konten yang memerlukan kaidah dan format yang jelas dan pasti.

Di sisi lain, Gen Z yang terkenal dengan sifat autentik memiliki perilaku pembuatan konten yang berbeda. Dari 241 unggahan dan karya peserta Gen Z, ditemukan sekitar 80 persen di antaranya diunggah dalam format Instagram Story dengan bentuk desain dan teks sesuai kreativitas peserta.

Selain itu, ditemukan juga 13 konten berformat IG Reels atau berupa video. Hal ini menggambarkan Gen Z yang cenderung lebih terbuka dan bebas dalam membuat konten yang merepresentasikan dirinya terbaik.

Hasil riset ini ternyata selaras dengan studi-studi sebelumnya mengenai perbedaan tiap generasi dalam menggunakan teknologi.

Dikutip dari buku “Marketing 5.0”, Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan mengatakan, Milenial bersifat lebih idealis dalam menggunakan media sosial dan membuat konten.

Mereka cenderung lebih menyukai membuat konten yang lebih rapi sebagai perwujudan dirinya yang lebih baik. Sementara Gen Z lebih memilih menunjukkan versi yang lebih autentik dan terus terang dari dirinya.

Dengan perbedaan gaya tersebut, mengutip kata dari buku "Marketing 5.0": "Konten yang efektif adalah konten yang mampu berbicara kepada audiens dari berbagai latar belakang dan generasi."

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau