Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 17 April 2023, 09:23 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Hidrogen rendah karbon akan digunakan di mana pun konversi ke proses elektrifikasi tidak memungkinkan. Ini berlaku untuk sektor industri tertentu yang sulit mereda serta beberapa aplikasi transportasi dan pemanas.

Permintaan hidrogen untuk proses industri sudah sangat besar di Jerman yakni sekitar 55 TWh, yang saat ini dipenuhi oleh hidrogen yang diproduksi menggunakan steam reforming metana.

Selain itu, jika produksi baja menggunakan hidrogen untuk pengurangan langsung, permintaan di Jerman akan tumbuh sebesar 80 TWh lagi pada tahun 2050.

Permintaan ini akan terus meningkat karena aplikasi baru, seperti transportasi tugas berat, penerbangan, dan perkapalan.

Jerman telah memiliki jumlah stasiun pengisian bahan bakar H2 terbanyak kedua di dunia, pengenalan kuota PtL saat ini sedang dirundingkan, dan kereta hidrogen pertama sudah berjalan di beberapa rute.

Strategi Hidrogen Jerman melihat berbagai kemungkinan aplikasi untuk hidrogen rendah karbon. Fokus mereka adalah pada penggunaan di bidang penggandengan sektor dan transformasi industri.

Kendati demikian, pemerintah Jerman juga mendukung bidang penerapan transportasi pada masa mendatang sebagai alternatif kendaraan bertenaga baterai dalam pengangkutan barang berat di jalan raya dan dengan kereta api.

Pemimpin Tim untuk pasar hidrogen internasional pada The German Energy Agency (dena) Kilian Crone melihat potensi terbesar untuk hidrogen terbarukan di industri, sektor lain yang sulit didekarbonisasi seperti penerbangan dan transportasi laut, dan sebagai bahan baku untuk proses kimia.

"Dalam kasus ini, tidak ada alternatif selain penggunaan hidrogen," kata Kilian, seperti dikutip dari Energipartnership, Senin (17/4/2023).

Menurut Kilian, perdagangan hidrogen menjadi menarik ketika biaya perdagangan rendah dan infrastruktur tersedia, ada pemahaman umum tentang apa yang menentukan sifat rendah karbonnya, dan perbedaan biaya produksi cukup tinggi.

"Pasar dunia kemudian akan menurunkan harga, dan memungkinkan penggunaan hidrogen yang lebih luas, apakah dibuat dari energi terbarukan atau berdasarkan bahan bakar fosil," ungkapnya.

Sertifikasi

Selain itu, ada prasyarat untuk pasar yang berfungsi yakni standar umum, dokumentasi dan sertifikasi properti rendah karbon hidrogen.

Standar seperti itu diperlukan sebagai patokan bagi produsen dan pembeli. Di satu sisi, ini memungkinkan hidrogen sebagai pasar komoditas yang berfungsi dalam jangka panjang. Di sisi lain, itu memastikan keberlanjutan.

Pendek kata, harus ada cara yang dapat diandalkan untuk memastikan bahwa hidrogen yang diperdagangkan memang diproduksi secara berkelanjutan.

Ini termasuk dampak emisi gas rumah kaca, tetapi juga masalah lingkungan dan sosial lainnya, seperti penggunaan air untuk elektrolisis di tempat-tempat yang kekurangan air.

Skema sertifikasi untuk hidrogen yang mempertimbangkan masalah ini dan yang akan menawarkan panduan tentang teknologi produksi hidrogen mana yang dianggap rendah karbon, saat ini sedang dikembangkan antara lain oleh Uni Eropa.

"Ini akan memiliki efek sinyal secara global," tuntas Kilian.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau