Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 17 April 2023, 09:23 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hidrogen terbarukan akan memainkan peran sentral dalam dekarbonisasi sistem energi global. 

Salah satu negara yang aktif mencari kolaborasi lebih lanjut untuk mengimplementasikan transisi energi rendah karbon dengan mengeksplorasi potensi penggunaan hidrogen adalah Jerman.

Alasannya, karena netralitas karbon pada tahun 2060 akan membutuhkan peningkatan penggunaan hidrogen untuk mendekarbonisasi beberapa sektor ekonomi yang sulit dikurangi, seperti panas proses industri, pupuk, penerbangan, perkapalan, dan transportasi berat lainnya.

Untuk memfasilitasi peningkatan pasar, Jerman menerbitkan Strategi Hidrogen Nasional Juni 2022 dan Uni Eropa mengikutinya pada bulan Juli dengan Strategi Hidrogen Eropa.

Kedua dokumen tersebut menguraikan visi untuk ekonomi hidrogen masa depan serta langkah spesifik berikutnya untuk mendukung penawaran (supply) dan permintaan (demand).

Mengapa hidrogen penting untuk transisi energi dan menjadi fokus para pembuat kebijakan selama beberapa tahun terakhir?

Baca juga: Percepat Transisi Energi, SMI Danai 3 Proyek Pembangkit Minihidro Brantas Energi

Hidrogen adalah komponen kunci dari sistem energi yang sepenuhnya netral iklim, bersama dengan perluasan energi terbarukan dan elektrifikasi.

Tanpa hidrogen, akan sulit untuk mencapai emisi net-zero (NZE): beberapa bentuk transportasi, misalnya penerbangan, perkapalan, dan transportasi berat, tidak dapat dialiri listrik, dan beberapa proses industri tidak dapat menggunakan listrik secara langsung dan memerlukan hidrogen sebagai bahan baku atau untuk aplikasi suhu tinggi.

Efisiensi energi dan listrik terbarukan adalah prasyarat untuk transformasi. Karena energi terbarukan telah menyediakan sebagian besar listrik Jerman, dan Jerman telah membuat kemajuan dalam elektrifikasi transportasi dan industri, hidrogen terbarukan adalah langkah logis selanjutnya untuk mencapai netralitas karbon.

Mempertimbangkan kondisi ini, hidrogen terbarukan menawarkan cara lebih lanjut untuk mengangkut, menyimpan, dan memperdagangkan listrik terbarukan; hal ini membuat potensi lokal dapat diakses secara global.

Penerapan Strategi Hidrogen Nasional Jerman baru saja dimulai. Jerman berencana untuk menciptakan ketentuan peraturan guna peningkatan pasar teknologi hidrogen, yaitu memungkinkan pasar domestik untuk produksi, penggunaan, dan transportasi hidrogen.

Fokusnya adalah pada sektor-sektor yang sudah mendekati kelayakan ekonomi atau yang tidak dapat didekarbonisasi dengan cara lain seperti sektor industri dan transportasi yang disebutkan di atas.

Baca juga: Alarm Krisis Iklim Makin Kencang, Transisi Energi Mendesak Dilakukan

Untuk mengamankan dan membentuk pasokan hidrogen nasional masa depan dari energi terbarukan dan produk hilirnya, Strategi Hidrogen Jerman membayangkan kapasitas pengelektrolisis sebesar 5 GW pada tahun 2030 dan 10 GW pada tahun 2040 di Jerman.

Selain potensi produksi dalam negeri, Jerman juga memerlukan mitra internasional yang andal dengan fokus pada UE untuk produksi dan pengangkutan hidrogen serta membangun kerjasama yang sesuai dan struktur impor.

Secara transisi, pasar Eropa untuk hidrogen netral karbon akan dibentuk, yang akan mempercepat peningkatan pasar teknologi hidrogen di sisi aplikasi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau