Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 24 Mei 2024, 07:09 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BALI, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan musim kemarau sudah mulai melanda wilayah selatan Indonesia, khususnya pulau-pulau yang dekat dengan Australia. 

Kemarau dirasakan daerah tersebut karena ada embusan angin dari gurun-gurun di Australia.

"Musim kemarau itu diakibatkan oleh angin yang bertiup dari Australia, dari gurun di Australia. Yang paling dekat dengan Australia itu yang akan mendapatkan musim kemarau paling dahulu, yang paling jauh dia masih dipengaruhi oleh monsoon Asia," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat ditemui di sela-sela World Water Forum, Bali, Kamis (23/5/2024). 

Baca juga: 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Menurut Dwikorita, puncak kemarau itu bakal terjadi pada Juli sampai Agustus 2024. Dia pun meminta penduduk di Nusa Tenggara dan Bali untuk mengantisipasi kemarau yang diperkirakan lebih kering dari biasanya.

"Diprediksi kurang lebih 9 persen lebih kering dari rerata normalnya," sebut Dwikorita.

Sedangkan wilayah Indonesia lainnya diprediksi bakal memasuki kemarau secara bertahap.

Ada kemungkinan La Nina

Dwikorita juga menyampaikan ada kemungkinan terjadi La Nina atau meningkatnya curah hujan dari biasanya di Indonesia.

Namun, hal itu masih perlu analisis lebih lanjut. 

Baca juga: Air, Kekeringan, dan Ketahanan Pangan Berkelanjutan

BMKG perlu memantau data suhu muka air laut di perairan Indonesia dan Samudera Pasifik.

"Ada kecenderungan La Nina meskipun lemah akan terjadi. Itu bisa meleset karena datanya masih kurang, tapi ada tren ke sana. Jadi kalau seandainya iya, berarti menjadi basah," ujar Dwikorita.

"Hujan mulai terjadi pada Oktober-November, atau bisa lebih cepat," sambungya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau