Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia-Malaysia Kolaborasi Perkuat Riset Bahan Alami untuk 3 Bidang

Kompas.com, 20 Juni 2024, 15:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Malaysian Industry-Government Group for High Technology (MIGHT) terkait kerjasama penelitian. 

Kerjasama penelitian antara Indonesia dan Malaysia ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi alam kedua negara secara optimal, serta meningkatkan kualitas riset dan inovasi di kawasan Asia Tenggara.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyambut baik kerja sama riset dua negara serumpun tersebut.

Menurutnya, MIGHT memiliki kerja sama yang sudah dilakukan dengan Indonesia sejak lama, dan baru saat ini dilakukan penandatanganan MoU.

Baca juga: Adaptasi Perubahan Iklim, Inovasi Agrobisnis Benih hingga Pupuk

"Kita berharap melalui kerja sama ini kita bisa membuka peluang kerja sama lebih banyak lagi di berbagai bidang. Karena MIGHT itu adalah gabungan industri dan pemerintah di Malaysia. Jadi kita akan membuka kerja sama di Malaysia di berbagai bidang termasuk riset yang untuk industri dan sebagainya," terang Handoko saat penandatanganan di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Rabu (19/6/2024).

Pada kesempatan tersebut, pihaknya menawarkan platform kolaborasi yang dikeluarkan oleh BRIN, untuk menjadi salah satu platform dalam memperkuat kerja sama tersebut. Kerja sama juga akan terbuka bagi negara-negara lain, termasuk dari Asia.

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono menyebutkan bahwa kolaborasi ini akan fokus pada tiga bidang utama, yaitu pemanfaatan bahan alam untuk energi, pertanian, dan kesehatan.

"Kerja sama ini adalah riset bersama antara peneliti Indonesia dengan peneliti Malaysia. Kami berharap dapat memanfaatkan bahan alam untuk kesehatan, energi, dan pertanian, terutama dalam pengembangan vaksin," terang Agus. 

Proyeksi kerjasama Indonesia-Malaysia

Lebih lanjut, Agus menjelaskan mengenai rencana terdekat dari kolaborasi ini adalah pelaksanaan joint call penelitian.

"Setelah MoU ini, kami akan bekerja sama dengan pihak Malaysia. Kita akan meluncurkan joint call penelitian bersama untuk tiga bidang utama tersebut," tambah Agus.

Menurutnya, pendanaan untuk proyek ini akan berasal dari masing-masing negara. Peneliti Indonesia akan didanai oleh dana abadi penelitian Indonesia, sedangkan peneliti Malaysia akan didanai oleh dana abadi sains Malaysia.

Baca juga: Refill, Inovasi Pencegahan Sampah Plastik dari Hulu

"Ini adalah proyek pendanaan bersama pertama antara Malaysia dan Indonesia, yang kami harapkan bisa menjadi contoh sukses untuk kerja sama penelitian di masa mendatang," ujar Agus.

Ia juga menekankan potensi besar dari kerja sama ini karena kesamaan sumber daya alam antara Indonesia dan Malaysia.

"Natural product (produk alami) antara Indonesia dan Malaysia memiliki banyak kesamaan. Ini membuka peluang bagi kita untuk bersinergi dan menghasilkan output berkualitas tinggi yang dapat bermanfaat bagi kedua negara," jelasnya.

Adapun kerja sama kedua negara direncanakan berlangsung selama tiga tahun pada tahap awal.

Jika jumlah proposal yang masuk lebih banyak, pihak BRIN akan mempertimbangkan untuk memperpanjang durasi kerjasama tersebut. 

Dengan adanya kerjasama ini, Agus berharap dapat menciptakan dampak positif yang signifikan bagi kedua negara.

"Penelitian bersama ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan Indonesia dan Malaysia, serta memperkuat hubungan bilateral dalam bidang riset dan inovasi," pungkasnya.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kisah Kakao Kampung Merasa di Berau, Dulu Dilarang Dimakan Kini Jadi Cuan
Kisah Kakao Kampung Merasa di Berau, Dulu Dilarang Dimakan Kini Jadi Cuan
Swasta
UNICEF Peringatkan Ada 600 Juta Anak Berpotensi Terpapar Kekerasan di Rumah
UNICEF Peringatkan Ada 600 Juta Anak Berpotensi Terpapar Kekerasan di Rumah
Pemerintah
Survei Morgan Stanley: 80 Persen Investor Siap Tambah Alokasi Investasi Berkelanjutan
Survei Morgan Stanley: 80 Persen Investor Siap Tambah Alokasi Investasi Berkelanjutan
Pemerintah
Maybank Gandeng YKAN Berdayakan Petani Kakao Perempuan di Berau
Maybank Gandeng YKAN Berdayakan Petani Kakao Perempuan di Berau
Swasta
Dukung Pemerintah Bangun 33 PLTSa pada 2029, PLN Siap Jadi Kunci Ekosistem 'Waste-to-Energy'
Dukung Pemerintah Bangun 33 PLTSa pada 2029, PLN Siap Jadi Kunci Ekosistem "Waste-to-Energy"
BUMN
Ruang Terbuka Hijau untuk Lindungi Kesehatan Mental Seluruh Dunia
Ruang Terbuka Hijau untuk Lindungi Kesehatan Mental Seluruh Dunia
Pemerintah
Perubahan Iklim di Pegunungan Melesat Cepat, Ancam Miliaran Orang
Perubahan Iklim di Pegunungan Melesat Cepat, Ancam Miliaran Orang
LSM/Figur
Dorong Praktik Hotel Berkelanjutan, Swiss-Belhotel International Indonesia Targetkan 100 Persen Telur Bebas Kandang pada 2035
Dorong Praktik Hotel Berkelanjutan, Swiss-Belhotel International Indonesia Targetkan 100 Persen Telur Bebas Kandang pada 2035
Advertorial
COP30 Berakhir Mengecewakan, Brasil dan RI Gagal Dorong Komitmen Cegah Deforestasi
COP30 Berakhir Mengecewakan, Brasil dan RI Gagal Dorong Komitmen Cegah Deforestasi
LSM/Figur
Bibit Siklon Tropis Terpantau, BMKG Prediksi Hujan Turun di Beberapa Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, BMKG Prediksi Hujan Turun di Beberapa Wilayah
Pemerintah
Indonesia Dianggap Kena Jebakan di KTT COP30 karena Jual Karbon Murah
Indonesia Dianggap Kena Jebakan di KTT COP30 karena Jual Karbon Murah
LSM/Figur
Rafflesia, Tesso Nilo, dan Dua Wajah Hutan Indonesia di Media Sosial
Rafflesia, Tesso Nilo, dan Dua Wajah Hutan Indonesia di Media Sosial
Pemerintah
Mikroplastik di Air Hujan hingga Pakaian, Produsen Didesak Ikut Tanggung Jawab
Mikroplastik di Air Hujan hingga Pakaian, Produsen Didesak Ikut Tanggung Jawab
LSM/Figur
Sawit Masuk Tesso Nilo, Gajah–Harimau Terjepit, Reputasi Indonesia Terancam
Sawit Masuk Tesso Nilo, Gajah–Harimau Terjepit, Reputasi Indonesia Terancam
LSM/Figur
Ada 'Penumpang Gelap' di Balik Kebun Sawit yang Kepung Taman Nasional Tesso Nilo
Ada "Penumpang Gelap" di Balik Kebun Sawit yang Kepung Taman Nasional Tesso Nilo
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau