Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

Kompas.com - 18/01/2025, 16:32 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mengungkapkan, masih ada kesenjangan pendanaan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sutainable Development Goals (SDGs).

Sejauh ini, kata dia, sumber pembiayaan berasal dari perpajakan atau mekanisme pembiayaan inovatif seperti lembaga keuangan internasional dan sektor swasta. Menurut Arif, kesenjangan tersebut dapat ditutup dengan melibatkan kontribusi dari masyarakat.

"Saya juga rasa kita memerlukan kontribusi filantropi masyarakat sipil, filantropi global seperti crowdfunding, kontribusi sukarela sebagai bentuk pembiayaan campuran," ujar Arif pada SDGs Lecture, Jumat (17/1/2025).

"Jadi kita perlu mendorong individu dan perusahaan untuk berkontribusi pada inisiatif yang berfokus pada SDGs," imbuhnya dalam acara yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tersebut.

Ia mengusulkan agar pemerintah memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk melacak dan mengoptimalkan aliran pembiayaan SDGs. AI juga bisa dipakai mengidentifikasi kesenjangan pendanaan, memaksimalkan alokasi sumber daya, serta mengukur dampak.

Arif mengungkapkan, untuk mempercepat transisi energi dan adaptasi perubahan iklim, misalnya, pemerintah perlu melebarkan investasi pada energi terbarukan dengan kebijakan pembiayaan yang inklusif.

Sementara terkait ketahanan pangan, Arif menyebut inovasi pertanian cerdas dan regeneratif, diversifikasi pangan, dan dukungan petani kecil harus ditingkatkan.

Baca juga: Swasembada Energi Bukan Mimpi (4) 

"Saya rasa ini sangat menantang bagi kita, karena ada perbedaan karakteristik pertanian di Indonesia dan Amerika Serikat. Petani di Amerika Serikat sebagian besar didominasi oleh petani 3.0 jika merujuk pada istilah teknologi digital. Di Indonesia kita memiliki berbagai kelas petani 3.0, petani 2.0, petani 1.0, dan mungkin juga petani 0.0," ungkap Arif.

Dia menyatakan, universitas turut berperan dalam memperkuat inovasi berkelanjutan sesuai target SDGs. IPB sendiri telah menjalankan kewirausahaan sosial serta technopreneurship.

Technopreneurship dilakukan dengan memanfaatkan inovasi untuk usaha bisnis, sedangkan kewirausahaan sosial memanfaatkan inovasi pada usaha sosial.

"Kami memproduksi banyak sekali varietas, salah satunya padi. Padi IPB 3S sudah didistribusikan ke 26 provinsi di Indonesia dan kami memiliki varietas baru dengan IPB 9G yang produktivitasnya hampir 12 ton per hektare," ucap Arif.

"Ini sangat penting untuk menunjukkan bahwa inovasi kami tahan terhadap penyakit busuk dan aman terhadap penggunaan pupuk dan air hingga 30 persen. Ini adalah inovasi kami untuk mengatasi masalah keberlanjutan," tambah dia.

Di samping itu, kemitraan sosial dianggap berperan penting untuk mendorong mahasiswa berinovasi, memberdayakan petani, serta membuka akses pasar agar beberapa produk dapat diekspor.

“Ini berarti bahwa petani ketika mendapatkan pendidikan yang tepat, program pemberdayaan yang tepat, mereka bisa menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Saya rasa ini bisa memenuhi permintaan global untuk pasar modern,” ungkap dia.

Baca juga: BRICS Jadi Jalur Negosiasi Tambahan Transisi Energi RI

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

'Sustainable Aviation Fuel' Bakal Tekan 718 Mega Ton CO2 di 2050

"Sustainable Aviation Fuel" Bakal Tekan 718 Mega Ton CO2 di 2050

Pemerintah
Gapki Minta Beban Ekspor Dikurangi akibat Perang Dagang

Gapki Minta Beban Ekspor Dikurangi akibat Perang Dagang

LSM/Figur
Microsoft Capai 90,9 Persen Sirkularitas Perangkat Keras, Lampaui Target Nol Sampah 2025

Microsoft Capai 90,9 Persen Sirkularitas Perangkat Keras, Lampaui Target Nol Sampah 2025

Pemerintah
Inggris-RI Perkuat Kerja Sama Atasi Krisis Iklim hingga Biodiversitas

Inggris-RI Perkuat Kerja Sama Atasi Krisis Iklim hingga Biodiversitas

Pemerintah
Rumah Tamadun, Sulap Limbah Sawit Jadi Produk Ramah Lingkungan

Rumah Tamadun, Sulap Limbah Sawit Jadi Produk Ramah Lingkungan

BUMN
Penggunaan BBM Kualitas Rendah Perlu dibatasi untuk Pangkas Emisi

Penggunaan BBM Kualitas Rendah Perlu dibatasi untuk Pangkas Emisi

Pemerintah
Bahlil Proyeksikan PLTN Beroperasi di 2030 Mendatang

Bahlil Proyeksikan PLTN Beroperasi di 2030 Mendatang

Pemerintah
Unhas dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhas dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau