Pada 2021, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencatat, sapi ternak menghasilkan emisi GRK sebesar 5.024 gigaton CO2 ekuivalen (CO2e).
Dengan teknologi biogas, metana dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi sehingga mencegahnya lepas ke atmosfer.
Baca juga: Kesadaran Konsumen Tingkatkan Permintaan Daging Sapi Rendah Metana
Agung mengatakan bahwa teknologi modern biogas Sistema.bio sendiri dapat menekan emisi karbon hingga 6 ton CO2e per tahun.
“Selain menekan emisi dari peternakan, teknologi tersebut juga mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil yang juga menyumbang emisi GRK,” ucap dia.
Di sisi lain, instalasi biogas juga dapat menghasilkan pupuk organik yang berfungsi sebagai pengganti pupuk kimia. Dengan begitu, petani dapat menghemat biaya dan meningkatkan kualitas tanah.
Agung menjelaskan, Sistema.bio menjadi sebuah inovasi yang lebih maju jika dibandingkan sistem biogas konvensional.
Biogas itu menggunakan bahan berkualitas tinggi sehingga mampu bertahan hingga 15-20 tahun dan dilengkapi dengan garansi produk.
Sistem tersebut juga dirancang agar mudah dipasang dan dipindahkan. Dengan teknologi prefabrikasi, unit biogas dapat dikirim dalam bentuk siap pakai dan diinstal hanya dalam waktu satu hari.
Kemudian, sistem tersebut dapat dibongkar dan dipasang kembali dengan mudah jika peternak berpindah lokasi.
Agung berharap, proyek tersebut dapat diperpanjang dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendanaan, agar memberikan manfaat yang lebih luas.
“Semoga ini menjadi titik awal bagi pengembangan energi bersih yang lebih masif di Indonesia,” imbuh dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya