KOMPAS.com - Raksasa teknologi Amazon, Google, dan Meta berkomitmen untuk mendukung tujuan melipatgandakan kapasitas energi nuklir pada 2050.
Selain tiga raksasa teknologi tersebut, komitmen yang dituangkan dalam perjanjian yang disebut 'Large Energy Users Pledge' ini juga ditandatangani oleh Allseas, Bureau Veritas, Carbon3Energy, Clean Energy Buyers Alliance, Core Power, Dow, Fly Green Alliance, Lloyd’s Register, Occidental, OSGE, Siemens Energy.
Perjanjian tersebut mencatat bahwa permintaan energi di banyak industri diperkirakan akan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terutama karena tumbuhnya adopsi kecerdasan buatan.
Baca juga: Nuklir Sebagai Pilar Swasembada Energi
Untuk itu menambah atau melipatgandakan kapasitas nuklir akan membantu mencapai tujuan global untuk meningkatkan ketahanan dan keamanan energi serta pasokan energi bersih yang berkelanjutan.
"Ini bukan akhir tapi permulaan. Kami tahu bahwa banyak pengguna energi besar lainnya mempertimbangkan untuk bergabung dalam komitmen ini di masa mendatang. Itu harapan dan undangan kami," kata Direktur Jenderal World Nuclear Association Sama Bilbao y León.
Mengutip ESG Dive, Jumat (14/3/2025) komitmen ini sendiri mengikat para penandatangan untuk mengakui bahwa permintaan energi akan meningkat secara signifikan dan menyetujui bahwa kapasitas nuklir harus meningkat tiga kali lipat pada pertengahan abad untuk memenuhi kebutuhan itu.
Teknologi nuklir sendiri punya peran penting untuk menyediakan energi bagi berbagai aktivitas ekonomi, termasuk sektor teknologi, peningkatan elektrifikasi, penyediaan panas proses industri suhu tinggi, produksi hidrogen, pemanasan distrik, dan produksi bahan bakar sintetis.
"Dengan memastikan bahwa sumber energi nuklir dan lainnya memiliki akses yang sama akan memungkinkan pemerintah menyebarkan kapasitas nuklir dalam skala besar di seluruh dunia."
Masukkannya Amazon, Google, dan Meta sebagai penandatangan terbaru ini muncul karena perusahaan-perusahaan tersebut telah berupaya mengimbangi meningkatnya kebutuhan energi yang terkait dengan peningkatan adopsi AI.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Penggunaan Energi Nuklir pada 2032
Misalnya saja Meta, raksasa teknologi tersebut telah mengalihkan ke pemakaian energi nuklir untuk mengatasi peningkatan permintaan energi terkait AI.
Perusahaan tersebut mengajukan permintaan proposal pada Desember lalu untuk mencari pembangkit listrik tenaga nuklir baru hingga 4 gigawatt untuk memberi daya pada pusat datanya.
Menurut Electric Power Research Institute pusat data berpotensi mengonsumsi hingga 9 persen dari total listrik Amerika Serikat pada tahun 2030.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya