KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia bahwa China adalah penyumbang investasi energi bersih terbesar di Asia Tenggara sepanjang 2013–2023, dengan total dana mencapai 2,7 miliar dollar AS. Yang tak banyak tahu, Jepang dan Korea Selatan kini mulai ikut menggoyang.
Fakta itu terungkap dalam Laporan Zero Carbon Analytics (ZCA) bertajuk “The Race to Invest in Southeast Asia’s Green Economy” yang mengulas investasi energi bersih dari China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia ke lima negara utama Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
“Meski China mendominasi investasi dan perdagangan teknologi bersih, Korea Selatan unggul dalam ekspor komponen baterai, dan Jepang memimpin investasi tenaga surya. Kawasan Asia Tenggara menawarkan peluang besar untuk memperluas investasi energi bersih,” kata Yu Sun Chin, Peneliti ZCA.
Jepang: Motor Pendanaan Transisi Energi
Jepang menjadi penggerak utama pendanaan transisi energi di Asia Tenggara melalui skema seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Energy Transition Mechanism (ETM).
Jepang memberikan pendanaan JETP senilai 20 miliar dollar AS kepada Indonesia dan mendukung inisiatif serupa di Vietnam. Pada 2021, Jepang juga mengalokasikan 25 juta dollar AS melalui ETM untuk mempercepat pensiun dini PLTU di Indonesia, Filipina, dan Vietnam.
Jepang juga tercatat sebagai investor terbesar di sektor surya dan panas bumi di lima negara utama kawasan, dengan nilai investasi mencapai 1,3 miliar dollar AS pada 2013 dan 142 juta dollar AS pada 2023. Di Filipina, Jepang menjadi pemasok utama kendaraan listrik dan bus listrik.
Baca juga: Bank Capital Awali Transaksi REC di ICDX, Beli 2.098 MWh Energi Hidro
Korea Selatan: Pemain Utama Baterai EV
Korea Selatan memimpin ekspor komponen baterai ke Malaysia (143,37 juta dollar AS) dan Indonesia (52,99 juta dollar AS), serta menjadi eksportir terbesar kedua baterai kendaraan listrik ke Indonesia setelah China. Peran ini memperkuat posisinya dalam rantai pasok kendaraan listrik Asia Tenggara.
Peluang Asia Tenggara
Posisi strategis dan pertumbuhan ekonomi yang pesat menjadikan Asia Tenggara magnet bagi investor.
Asia Tenggara dapat menangkap peluang ini dengan memperluas permintaan dan pasar hijau kawasan, sehingga bisa mengamankan pasokan energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi mereka yang cukup cepat.
"Energi terbarukan dengan cepat menjadi sumber listrik termurah di sebagian besar Asia Tenggara, menawarkan peluang bagi ASEAN. Perluasan energi bersih akan mengamankan sumber energi dengan harga terjangkau untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat di kawasan ini. Investor yang terlibat dapat menangkap pangsa pasar sektor energi bersih di kawasan, mencapai target netral karbon, dan membangun kerja sama regional di tengah gejolak geopolitik global,” jelas Amy Kong, Peneliti ZCA.
Laporan ini dirilis menjelang KTT ASEAN Ke-46 di Malaysia. Di tengah ketegangan global dan kebijakan proteksionis energi bersih AS, pertemuan ini diharapkan menghasilkan langkah konkret untuk memperkuat industri bersih kawasan.
Baca juga: WITS Group dan ITPLN Kolaborasi Kembangkan Teknologi AI untuk Ubah Sampah Jadi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya