Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

19 Spesies Flora dan Fauna Baru Ditemukan, Ada Begonia hingga Cecak dan Keong

Kompas.com, 12 Agustus 2025, 07:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mencatat ada 11 spesies flora dan delapan fauna baru yang ditemukan pada Januari-Agustus 2025.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, menuturkan penemuan spesies baru terjadi atas kerja sama dengan perguruan tinggi serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Kemenhut bekerja sama dengan BRIN, universitas untuk eksplorasi, ekspedisi, identifikasi jenis-jenis baru dari Sabang sampai Merauke," ungkap Satyawan saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (11/8/2025).

Adapun spesies tanaman baru antara lain Begonia bukitrayaens, Begonia kalimantana dan Bulbophyllum bukitbakariense yang ditemukan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan.

Baca juga: Dampak Krisis Iklim, 500 Spesies Burung Diperkirakan Punah dalam Satu Abad

Kemudian Bulbophyllum abuniorum, Bullbophyllum sandfordiorum, Dendrobium wanmae, Dendrobium eruciforme dan Mediocalcar gemma-coronae di Papua Barat Daya.

Spesies Morchella rinjaniensis ditemukan di Taman Nasional Rinjani, Homalomena chikmawatiae di Riau, dan Chiloschista tjiasmantoi di Aceh.

Kemenhut memerinci, penemuan spesies cecak jari bengkok pecel madiun (Cyrtodactylus pecelmadiun) di Jawa Timur, dua jenis katak bertaring yakni Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara di Kalimantan Tengah, serta katak pohon Rhacophorus boeadii di Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

Spesies baru keong darat Diancta batubacan ditemukan di Maluku Utara, kumbang kura-kura Thlaspidula gandangdewata dan Thlaspidula sarinoi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.
Penemuan ikan gua buta (Barbodes klapanunggalensis) di Jawa Barat.

Baca juga: Spesies Baru Begonia Ditemukan di Kalimantan, Berduri seperti Cakar Kucing

Sementara itu, Menhut, Raja Juli Antoni, menyebutkan bahwa Indonesia dikenal sebagai Mega Biodiversity atau rumah bagi keanekaragaman hayati di dunia.

"10 persen dari tanaman berbunga yang ada di seluruh dunia adanya di Indonesia. Kita memiliki 12 persen dari total mamalia yang dimiliki dunia. Sekitar 15 persen reptil dan amfibi dunia rumahnya adalah hutan-hutan kita," jelas Raja Juli.

"Sekitar 17 persen jenis spesies ikan ada di negara yang kita cintai ini, karena lanskap, hutan, alam, gunung menjadi rumah bagi flora dan fauna," imbuh dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Pemerintah
BRIN Ciptakan Teknologi Ubah Air Kotor Jadi Layak Minum, Jawab Krisis Air di Daerah
BRIN Ciptakan Teknologi Ubah Air Kotor Jadi Layak Minum, Jawab Krisis Air di Daerah
Pemerintah
Bobibos dan Kewajiban Transparansi untuk Inovasi Energi
Bobibos dan Kewajiban Transparansi untuk Inovasi Energi
Pemerintah
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau