Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Krisis Iklim, 500 Spesies Burung Diperkirakan Punah dalam Satu Abad

Kompas.com - 28/06/2025, 15:16 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - peneliti telah menemukan bahwa lebih dari 500 spesies burung dapat punah dalam satu abad mendatang.

Menurut peneliti, hilangnya habitat yang terutama disebabkan oleh perluasan dan intensifikasi pertanian menjadi pendorong paling signifikan kepunahan spesies burung.

Burung-burung seperti puffin, tekukur dan burung bustard besar akan menjadi beberapa spesies yang menghilang dari langit kita jika tren saat ini terus berlanjut.

Hilangnya spesies-spesies tersebut dipastikan akan mengancam akan mengganggu ekosistem di seluruh dunia.

Oleh karena itu, peneliti menyerukan adanya program pemulihan khusus yang mendesak, seperti penangkaran dan restorasi habitat, untuk menyelamatkan spesies-spesies unik tersebut.

"Kita mengalami krisis kepunahan burung yang belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern," ungkap Kerry Stewart, penulis utama studi dari University of Reading, Inggris, seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (28/6/2025).

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Baca juga: Burung Kesulitan Beradaptasi dengan Iklim yang Memanas

Temuan ini menurutnya merupakan statistik yang mengejutkan karena jumlahnya tiga kali lipat dari jumlah burung yang punah dalam 500 tahun sebelumnya.

Makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology and Evolution tersebut meneliti data dari hampir 10.000 burung dan menggunakan data International Union for Conservation of Nature (IUCN) untuk memprediksi risiko kepunahan.

Dalam studinya, peneliti menemukan meski hilangnya habitat, perburuan dan kerusakan iklim dihentikan hari ini, sekitar 250 spesies masih bisa punah karena mereka sudah berada di ambang kepunahan.

Sebelumnya, laporan terbaru State of the World’s Birds menemukan hampir setengah dari spesies burung di planet ini mengalami penurunan.

Hilangnya habitat, penebangan, spesies invasif, eksploitasi sumber daya alam, dan kerusakan iklim disorot sebagai ancaman utama.

Baca juga: Dalam 5 Tahun, Indonesia Punya Tambahan 30 Spesies Baru Burung

"Tidak ada solusi ajaib untuk mengatasi krisis kepunahan," kata Stuart Butchart, kepala ilmuwan di BirdLife International, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Sehingga kawasan yang dilindungi dapat memainkan peran kunci, termasuk juga diikuti dengan upaya mengurangi ancaman dari pertanian, penebangan, perikanan, perburuan, dan sumber-sumber lainnya.

Namun, beberapa spesies memerlukan upaya pemulihan yang terarah, yang melibatkan intervensi seperti penangkaran dan pelepasan, translokasi, atau pemberian pakan tambahan, untuk mengatasi hambatan pemulihan.

"Makalah ini menambah bukti yang semakin banyak yang menunjukkan bahwa tindakan di seluruh kerangka kerja akan diperlukan untuk menghentikan tindakan manusia yang menyebabkan spesies punah," tambah Butchart.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau