Pendanaan transisi energi bisa diperoleh lewat kerjasama dengan lembaga global, seperti Quad (koalisi Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat) yang berfokus pada transisi energi di kawasan Indo-Pasifik, International Energy Agency (IEA), Asian Development Bank (ADB), dan World Bank.
Indonesia juga telah menyepakati rencana ekspor listrik bersih ke Singapura hingga 2035 dengan kapasitas 3,4 GW, bernilai investasi 30-50 miliar dollar AS (setara Rp489-815 triliun) untuk PLTS serta 2,7 miliar dollar AS (setara Rp44 triliun) untuk manufaktur panel surya dan baterai.
Program ini diperkirakan dapat menambah devisa sebesar 4-6 miliar dollar AS (Rp65-97,4 triliun) per tahun.
Contoh lain, Pertamina juga sudah berhasil memasok bioavtur ke Virgin Australia untuk ajang Bali International Show pada 18-19 September 2024.
Melalui tiga langkah—percepatan elektrifikasi, pengembangan bahan bakar terbarukan, dan kerjasama multilateral—Indonesia punya kesempatan besar mempercepat transisi energi.
Dengan ketahanan energi yang kuat, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan akan lebih mudah tercapai.
* Postdoctoral Research Associate, ARC Training Centre for the Global Hydrogen Economy, Particles and Catalysis Research Laboratory, UNSW Sydney
** Professor, Institut Teknologi Bandung
*** Business Manager at NSW Decarbonisation Innovation Hub, UNSW Sydney
**** Lecturer
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya