Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Politik Global Seharusnya Picu Transisi Energi, Kenapa Indonesia Masih Impor?

Kompas.com - 26/08/2025, 09:09 WIB
The Conversation,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Selain PLTS atap, proyek pembangkit skala besar seperti PLTS terapung Cirata perlu diperbanyak untuk memenuhi kebutuhan listrik sektor industri dan transportasi.

Hal ini mengingat besarnya konsumsi energi nasional dari sektor industri (45,94 persen) dan transportasi (36,11 persen) yang mengonsumsi batu bara, gas alam, dan bahan bakar minyak (BBM).

Keandalan jaringan listrik nasional dan stasiun pengisian kendaraan listrik juga harus diperkuat agar transisi ke industri dan transportasi berbasis listrik bersih berjalan mulus.

Tingkatkan produksi bahan bakar terbarukan

Tidak semua sektor bisa cepat beralih ke tenaga listrik. Sektor penerbangan, maritim, dan industri, misalnya, tetap membutuhkan bahan bakar konvensional dengan kuantitas tinggi.

Karena itu, Indonesia juga perlu mengembangkan produksi bahan bakar terbarukan seperti hidrogen hijau, amonia, metanol, bioetanol, bioavtur, dan biodiesel. Tentu saja dengan catatan, produksinya harus menggunakan sumber listrik energi terbarukan dan tidak membuka lahan baru alias memanfaatkan limbah.

Untuk hidrogen, PLN sudah memulai pengembangan rantai pasok hidrogen buat industri serta kendaraan sel bahan bakar.

Salah satu proyek terbesar PLN adalah Garuda Hidrogen Hijau (GH2) yang merupakan proyek kerja sama dengan perusahaan energi asal Arab Saudi ACWA Power yang ditargetkan beroperasi 2026.

Hidrogen hijau ini nantinya akan digunakan untuk produksi amonia guna mendukung industri pupuk dalam negeri.

Selain GH2, ada empat proyek hidrogen lain yang tengah dikembangkan di berbagai lokasi, seperti Gresik, Jambi, Jawa Barat, hingga Sumba Timur, dengan target operasi 2026-2027.

Indonesia juga sudah menginisiasi produksi avtur ramah lingkungan. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) di Kilang Cilacap bernama Bioavtur J2.4 dari produk turunan kelapa sawit. J2.4 merujuk pada konsentrasi produk turunan sawit sebesar 2,4 persen yang dicampur ke avtur fosil.

Proyek tahap pertama Bioavtur J2.4 mulai beroperasi pada 2021 dengan kapasitas produksi 9 ribu barel per hari. Teknologi pembuatannya dikembangkan oleh Pertamina Research and Technology Innovation (RTI) bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak 2010.

Pertamina juga sedang membangun fasilitas bahan bakar berkelanjutan seperti bensin, avtur, dan diesel dari bahan baku minyak jelantah di berbagai kilang seperti Cilacap, Plaju, dan Sungai Gerong.

Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia punya kemampuan dan sumber daya yang cukup untuk mengembangkan energi terbarukan. Lalu mengapa kita masih terus memilih opsi impor?

Andalkan kerjasama multilateral

Untuk menambah modal transisi energi, Indonesia perlu memperkuat kerjasama multilateral, khususnya dengan negara tetangga di Asia-Pasifik, termasuk ASEAN dan Australia.

Insentif seperti tax holiday bisa menarik investor luar negeri. Perbaikan sistem perizinan juga penting agar modal asing lebih mudah masuk.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
500 Warga Lokal Tambang Emas Ilegal di Area Hutan Dekat Sirkuit Mandalika
Pemerintah
DIgitalisasi Bisa Bantu Petani Sawit Indonesia Hadapi Aturan Ketertelusuran
DIgitalisasi Bisa Bantu Petani Sawit Indonesia Hadapi Aturan Ketertelusuran
Swasta
Suhu Laut Alor Tiba-Tiba Turun Drastis hingga Ikan-ikan Pingsan, BRIN Ungkap Penyebabnya
Suhu Laut Alor Tiba-Tiba Turun Drastis hingga Ikan-ikan Pingsan, BRIN Ungkap Penyebabnya
Pemerintah
Investasi 14 Miliar Dollar AS Diperlukan untuk Pulihkan Hutan Kelp Global
Investasi 14 Miliar Dollar AS Diperlukan untuk Pulihkan Hutan Kelp Global
Swasta
Kemenhut: Sulit Berantas Tambang Ilegal di TNGHS yang Jadi Mata Pencaharian
Kemenhut: Sulit Berantas Tambang Ilegal di TNGHS yang Jadi Mata Pencaharian
Pemerintah
Kemenhut Temukan 411 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak
Kemenhut Temukan 411 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak
Pemerintah
Menteri LH: Tambang Picu Dampak Serius, Aktivitasnya Harus Dikawal Kembali
Menteri LH: Tambang Picu Dampak Serius, Aktivitasnya Harus Dikawal Kembali
Pemerintah
Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
LSM/Figur
PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen
PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen
Pemerintah
22 Pabrik Cikande Rampung Didekontaminasi, Kini Bisa Beroperasi Kembali
22 Pabrik Cikande Rampung Didekontaminasi, Kini Bisa Beroperasi Kembali
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau