Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

250 Perusahaan Migas Terbesar Hanya Kuasai 1,5 Persen Energi Terbarukan Dunia

Kompas.com, 10 Oktober 2025, 15:04 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan-perusahaan minyak dan gas terbesar dunia hanya menguasai kurang dari 1,5 persen kapasitas energi terbarukan global.

Fakta ini mempertanyakan tingkat komitmen mereka yang sebenarnya terhadap transisi menuju energi hijau, di tengah berbagai klaim publik yang mereka sampaikan.

Temuan didapat setelah Marcel Llavero Pasquina dan Antonio Bontempi, peneliti dari Autonomous University of Barcelona, mempelajari data kepemilikan dari lebih 53.000 proyek pembangkit listrik terbarukan yang dihimpun oleh Global Energy Monitor.

Mereka kemudian membandingkan data tersebut untuk mengetahui seberapa besar bagian dari proyek-proyek itu dimiliki oleh 250 perusahaan minyak dan gas terbesar dunia, yang secara gabungan memproduksi 88 persen dari total hidrokarbon global.

Baca juga: Migas dalam Transisi Energi, Kejar Target Net Zero Emission

Melansir New Scientist, Kamis (9/10/2025) banyak perusahaan bahan bakar fosil telah berjanji untuk berinvestasi dalam sumber energi terbarukan seiring upaya dunia untuk beralih dari minyak dan gas.

Namun, para peneliti menemukan bahwa perusahaan-perusahaan teratas tersebut hanya memiliki 1,42 persen dari total kapasitas energi terbarukan yang beroperasi secara global.

Lebih dari separuh dari kapasitas tersebut sekitar 54 persen diperoleh melalui akuisisi, bukan melalui pengembangan proyek sendiri oleh perusahaan.

Dengan menghitung total output energi dari 250 perusahaan tersebut, kedua peneliti itu menemukan bahwa energi terbarukan hanya menyumbang 0,13 persen dari total energi yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan ini.

"Angka-angka ini mengejutkan, bahkan bagi saya pribadi. Saya sudah menduga peran mereka dalam transisi energi sangat minim," ungkap Llavero Pasquina.

Sementara itu Thierry Bros, dari Sciences Po di Paris, berpendapat bahwa tidak mengherankan jika perusahaan-perusahaan energi raksasa, yang sudah mapan dan makmur berkat eksploitasi migas, bukanlah tokoh utama dalam industri energi terbarukan.

"Pada intinya, transisi energi harus bersifat mendisrupsi, dan perubahan tersebut tidak akan diinisiasi oleh perusahaan-perusahaan migas lama itu," katanya.

Baca juga: Desakan Mantan Pemimpin Dunia: Pajak Bahan Bakar Fosil Harus Naik Permanen

Meskipun demikian, Bros yakin bahwa perusahaan energi besar telah melebih-lebihkan keterlibatan mereka dalam transisi energi.

Menurutnya, mereka berusaha menunjukkan bahwa mereka berbuat sesuatu.

Namun jika memang berniat, mereka seharusnya lebih fokus pada penangkapan dan penyimpanan karbon yaitu teknologi untuk menangkap karbon yang dilepaskan saat pembakaran bahan bakar fosil.

"Mereka tidak banyak berbuat karena hal tersebut karena berada di luar bidang keahlian utama mereka," tambah Bros.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau