KOMPAS.com - Pantau Gambut memprediksi sebanyak 16 juta hektar dari total 24,2 juta hektar lahan gambut di Indonesia rentan terbakar, dengan sebaran terbesar di Sumatera dan Kalimantan.
Geographic Information System (GIS) Reasearch Analyst Pantau Gambut, Juma Maulana, khawatir dengan nasib Papua yang bisa seperti Sumatera dan Kalimantan ke depannya, mengingat saat ini sedang terjadi pembukaan lahan secara masif.
"Kami khawatir di Papua ini akan ada pengaruh deforestasi dan regulasi yang sekarang melegalkan deforestasi di sana. Itu menyebabkan lahan gambut menjadi lebih rusak dan kebakaran (hutan dan lahan/karhutla) yang tadinya mungkin polanya Sumatera, Kalimantan, sekarang akan bertambah ke Papua," ujar Juma di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Baca juga: Demi NZE 2060, RI Tak Boleh Korbankan Hutan dan Gambut untuk Transisi Energi
Kata dia, sudah banyak karhutla di Papua, terutama ditemukan pada kawasan gambut. Kawasan gambut dapat ditemukan di Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, dan Papua Timur.
Namun, saat ini memang berbagai izin pemanfaatan lahan gambut masih di Papua Selatan.
"Kami pun menemukan beberapa histori-histori kebakaran khususnya di lahan gambut itu banyak di Papua Selatan. Itu ada di (Kabupaten) Merauke dan Kabupaten Mappi," tutur Juma.
Menurut Juma, pergeseran risiko tertinggi karhutla dari Sumatera dan Kalimantan, ke Papua didorong pula dengan anggapan bahwa 'Bumi Cendrawasih' adalah tanah kosong yang digarap.
Peneliti Madani Berkelanjutan, Sadam Afian Richwanudin menyinggung perubahan status dan fungsi ratusan ribu hektar kawasan hutan di Papua Selatan, menjadi Areal Penggunaan Lain (APL).
"Ini jadi perhatian karena dengan kondisi Papua Selatan yang ada gambut, kemudian banyak rawa, semak. Kalau misalnya konsensi itu mengusahakan lahannya, ini jadi catatan serius, kita harus bisa memitigasi meningkatnya angka karhutla di eh, Papua Selatan," ucapnya.
Untuk catatan karhutla di Papua Selatan pada 2025 cukup rendah. Namun, pada 2024, karhutla di Merauke termasuk salah satu yang paling parah.
Baca juga: Menteri LH Minta Perusahaan Ikut Pulihkan Gambut, 1.450 Desa Butuh Dukungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya