Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belantara Foundation Ingatkan Pentingnya Koeksistensi untuk Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia

Kompas.com, 21 Oktober 2025, 18:57 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Belantara Foundation mendorong upaya mitigasi konflik manusia-gajah sumatra melalui pendekatan koeksistensi.

Upaya tersebut disampaikan dalam panel diskusi dengan tema “A Conservation Partnership Fighting to Protect Biodiversity in Asia” di Asia Pavilion pada IUCN World Conservation Congress, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).

Panel tersebut diinisiasi oleh Conservation Allies, sebuah organisasi konservasi asal Amerika Serikat, dengan menghadirkan mitra-mitranya di Asia.

Baca juga: BKSDA Aceh Umumkan Kematian Panton, Bayi Gajah yang Terseret Arus Sungai

Mitigasi konflik tersebut diperlukan karena populasi gajah sumatra jumlahnya menurun dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1980-an, populasi gajah yang ada di Pulau Sumatra diperkirakan masih berjumlah sekitar 2.800-4.800 individu. Kemudian, data Departemen Kehutanan tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah populasi gajah sumatra menurun menjadi sekitar 2.400- 2.800 individu.

Penurunan jumlah populasi gajah sumatra terus berlanjut. Selama periode 2007-2017 populasi gajah sumatra menurun 21,2 persen atau setara dengan kehilangan sekitar 700 individu, dan jumlahnya di alam menjadi sekitar 1.694-2.038 individu pada tahun 2017.

Hasil penghitungan di tahun 2019, jumlah gajah sumatra di alam diperkirakan tinggal 928-1.379 individu yang kondisinya tersebar di 23 kantong populasi yang terpisah satu sama lain.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation yang juga dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan Dolly Priatna menyebutkan penurunan drastis jumlah populasi gajah sumatra di habitat alaminya antara lain dipicu oleh kehilangan habitat akibat alih fungsi kawasan hutan, perburuan, serta konflik antara manusia dengan gajah.

Oleh karenanya, diperlukan satu pendekatan khusus yang inovatif untuk memastikan semua kepentingan dapat terakomodasi.

“Selain mengoptimalkan fungsi koridor ekologis yang telah disepakati para pemangku kepentingan untuk mengakomodasi terjadinya interaksi gajah antar kelompok, diperlukan upaya jitu untuk solusi terbaik atas semakin seringnya rombongan gajah liar masuk desa dan memakan tanaman padi masyarakat,” ujar Dolly dalam keterangan resmi, Selasa (21/10/2025).

Meski tidak mudah, ia percaya bahwa konsep koeksistensi atau hidup berdampingan secara harmonis bisa diterapkan dalam mitigasi konflik manusia-gajah di Lanskap Sugihan-Simpang Heran.

Hal ity bisa terwujud asalkan semua stakeholders yang ada lanskap seperti pemerintah pusat dan daerah, para pelaku usaha, lembaga konservasi, akademisi, serta media, bahu-membahu membangun strategi bersama yang saling bersinergi.

“Diperlukan adanya komitmen yang sungguh-sungguh dari semua pihak agar hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dengan gajah sumatra yang kita impikan bersama dapat terwujud,” lanjut Dolly.

Baca juga: Terungkap Penyebab Anak Gajah Tari Mati, karena Virus

Pada waktu yang sama, President of Conservation Allies, Paul Salaman mengatakan bahwa panel ini diperuntukan bagi mitra untuk mempromosikan upaya konservasi satwa liar yang dilakukan di negara masing-masing guna menggalang dukungan dari masyarakat global.

“Kami berkomitmen kuat untuk mendukung program konservasi gajah sumatra yang dijalankan Belantara Foundation di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan melalui hibah, penggalangan dana publik, serta peningkatan kapasitas yang dibutuhkan,” tegas Paul.

Dirjen KSDAE Kemenhut RI Satyawan Pudyatmoko yang mengikuti berjalannya panel diskusi, menyambut baik serta mengapresiasi kemitraan Belantara Foundation dan Conservation Allies untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya konservasi gajah sumatra, khususnya untuk mewujudkan koeksistensi di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau