Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Sampah, Warga Sekitar Cipeucang Harus Hidup Bergantung Air Galon

Kompas.com, 29 Oktober 2025, 18:03 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah warga di RT/RW 06/04, Kelurahan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), yang berada di sekitaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, mengeluhkan kesulitan mendapat air bersih.

Salah satu warga setempat, Agus di Tangerang, Rabu (29/10/2025), mengungkapkan, kualitas air tanah di sekitar permukiman warga saat ini sudah tidak dapat dikonsumsi karena diduga tercemar oleh sampah.

"Semua aktivitas pakai air galon beli. Jadi nambah pengeluaran, soalnya sehari itu bisa empat galon buat minum, masak, dan lain-lain," kata Agus.

Ia mengatakan air bersih dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mencuci, dan mandi. Warga mencari air bersih dari warga lain yang jauh dari pencemaran sampah di TPA.

Agus mengatakan warga sudah mengadukan masalah tersebut langsung ke pemerintah daerah (pemda) setempat.

Sementara itu, warga lainnya Uum (60) mengaku air tanah permukiman warga sudah tidak layak dipakai sejak setahun lalu. Uum juga mengaku warga menerima bantuan air bersih yang diantarkan ke toren-toren warga.

Baca juga: Air Melimpah, Hidup Susah: Cerita Sadiah Mentas dari Ironi Krisis Air di Tepian Kapuas

"Udah tidak bisa dipakai ya sekarang. Ada setahun yang lalu, tadinya saya itu tidak pakai air ini, beli selalu pakai air galon. Karena udah repot, air tidak cukup, boleh beli, akhirnya dikirim toren," keluhnya seperti dikutip Antara.

Ia berharap pemerintah daerah cepat mengambil langkah mengatasi masalah TPA Cipeucang yang sudah lama meresahkan.

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel menyatakan pihaknya saat ini tengah menyiapkan instalasi penanganan dampak lingkungan dari TPA Cipeucang tersebut.

Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan mengatakan sebagai langkah lanjutan tim dari instansi terkait sedang mencarikan solusi melalui penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dimana fasilitas yang dirancang untuk mengolah air limbah tersebut dilakukan sebagai antisipasi perluasan terjadinya pencemaran lingkungan ke permukiman warga.

"Sekarang itu kita akan menyiapkan instalasi IPAL. Jadi mudah-mudahan dengan IPAL untuk pembuangan air lindi dan lain sebagainya bisa terkontrol seperti itu," ungkapnya.

Pilar juga mengungkapkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat, Pemkot Tangsel bakal segera menyalurkan batuan air sebagai kebutuhan warga setempat.

"Kalau kurang, nanti kita biar tambahkan lagi berapa jumlah warga yang membutuhkan, supaya kebutuhan air bersih bisa terpenuhi," ujar dia.

Baca juga: Cerita dari Desa Watulabara di NTT, Merdeka dari Krisis Air

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau