Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi 14 Miliar Dollar AS Diperlukan untuk Pulihkan Hutan Kelp Global

Kompas.com, 31 Oktober 2025, 13:45 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah tim internasional menyerukan investasi sebesar 14 miliar dolar untuk melindungi dan memulihkan salah satu ekosistem laut yang paling berharga dan terabaikan di planet ini, yaitu hutan kelp.

Sebagai informasi kelp merupakan sebutan untuk rumput laut cokelat berukuran besar dan bisa membentuk ekosistem yang disebut hutan kelp.

Layaknya hutan hujan di darat, hutan kelp menjadi tempat berlindung dan mencari makan bagi ribuan spesies ikan, mamalia laut dan invertebrata.

Kelp juga menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer serta membantu menstabilkan garis pantai dan meredam kekuatan ombak.

Melansir Phys, Rabu (29/10/2025), pendanaan sebesar 14 miliar dolar ini diperlukan untuk mewujudkan insiatif konservasi yang dikenal sebagai Kelp Forest Challenge.

Baca juga: Dulu Krisis, Petani Sumba Timur Kini Panen Enam Ton Bibit Rumput Laut

Itu merupakan sebuah misi global untuk melindungi tiga juta hektar dan memulihkan satu juta hektar hutan kelp pada 2040 sehingga memastikan kelangsungan hidup ekosistem laut yang berharga ini.

Hutan kelp membentang hampir sepertiga dari garis pantai dunia, melindungi perikanan, menyerap karbon, dan mendukung keanekaragaman hayati yang diperkirakan bernilai 500 miliar dolar per tahun.

Meskipun demikian, sebanyak 60 persen hutan kelp global telah mengalami penurunan selama setengah abad terakhir akibat pemanasan laut, polusi, dan peningkatan populasi bulu babi secara drastis.

Studi yang dilakukan University of New South Wales dan Kelp Forest Alliance ini pun menjadi tolok ukur finansial yang jelas untuk konservasi kelp global.

Lebih lanjut, target pendanaan tersebut tidak ditetapkan secara sembarangan, melainkan dikembangkan melalui lokakarya konsultasi ahli, tinjauan terhadap biaya konservasi laut, dan membandingkan hutan kelp dengan tolok ukur inisiatif konservasi mangrove dan terumbu karang global.

Target pendanaan 14 miliar dolar AS dipandang sebagai skenario jalan tengah di mana merupakan target yang ambisius tetapi dapat dicapai.

Selain itu juga target dapat membantu menyelaraskan upaya konservasi kelp dengan inisiatif lebih besar yaitu Insiatif Terobosan Laut yang dipimpin oleh UN Climate Champion.

Baca juga: Ancaman Abadi Sampah Plastik, Bertahan di Permukaan Laut Lebih dari 100 Tahun

Penulis utama, Dr. Aaron Eger, mengatakan bahwa menetapkan tujuan pendanaan yang nyata sangat penting untuk memobilisasi tindakan dan melacak kemajuan.

"Hutan kelp adalah elemen vital yang menyatukan dan mendukung seluruh ekosistem perairan dingin tetapi telah diabaikan dalam pendanaan konservasi meskipun memiliki peran krusial," katanya.

"Menetapkan target yang jelas akan menentukan agenda dan benar-benar menekankan fakta bahwa kita tidak bisa melakukan ini sendirian. Kita membutuhkan semua orang dalam masyarakat untuk berpartisipasi dan mencapai tujuan ini," tambah Eger.

Jika investasi tersebut diwujudkan, ini akan mengamankan keberadaan hutan kelp sehingga dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Studi dipublikasikan di jurnal Biological Conservation.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau