Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS

Kompas.com, 26 Desember 2025, 20:40 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG News

KOMPAS.com - Jepang tengah bersiap untuk mengalihkan investasi industri ke arah listrik bersih dalam skala besar.

Hal itu rencananya dilakukan dengan mengalokasikan 1,34 miliar dolar AS dalam bentuk subsidi untuk mendukung perusahaan-perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada energi bebas karbon.

Langkah ini sendiri bertujuan untuk merangsang permintaan energi terbarukan sekaligus memperkuat aktivitas ekonomi baru di daerah-daerah regional.

Sebagai informasi, Jepang menjadi penghasil emisi karbon dioksida terbesar kelima di dunia dan terus bergantung pada impor bahan bakar fosil.

Subsidi untuk energi terbarukan

Melansir ESG News, Selasa (23/12/2025) skema subsidi ini rencananya akan berjalan selama lima tahun mulai tahun fiskal 2026. Subsidi akan menargetkan perusahaan yang mengonsumsi listrik yang sepenuhnya didekarbonisasi dan memberikan kontribusi ekonomi kepada daerah tempat listrik tersebut diproduksi.

Baca juga: Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global

“Skema ini akan menyediakan dana selama lima tahun mulai tahun fiskal 2026,” kata Juntaro Shimizu, direktur kelompok kebijakan Transformasi Hijau di Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri.

Ia menambahkan bahwa perusahaan yang memenuhi syarat dapat menerima subsidi yang mencakup hingga setengah dari pengeluaran modal mereka.

Operator pusat data juga akan mendapatkan subsidi jika mereka memenuhi kriteria yang sama.

Masuknya pusat data sebagai penerima subsidi mencerminkan fokus Jepang yang semakin besar terhadap jejak energi dari infrastruktur digital, serta potensi perannya sebagai sumber permintaan listrik jangka panjang yang stabil bagi proyek-proyek energi terbarukan.

Jepang sendiri telah menetapkan tujuan ambisius agar energi terbarukan menyumbang hingga 50 persen dari bauran listriknya pada tahun fiskal 2040, dengan tenaga nuklir memasok 20 persen lainnya.

Itu akan mewakili pergeseran tajam dari tingkat tahun fiskal 2023, ketika energi terbarukan menyumbang 22,9 persen dan nuklir hanya 8,5 persen dari pembangkitan.

Namun, kemajuan energi terbarukan ini melambat.

Pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai terhambat karena kenaikan biaya dan penundaan.

Lalu, proyek tenaga surya skala besar juga terhenti di beberapa bagian negara sehingga menciptakan ketidakpastian bagi pengembang dan pembuat kebijakan.

Integrasi kebijakan iklim dan industri

Kerangka subsidi baru ini pun dirancang agar perusahaan merasa tertarik untuk berkomitmen pada konsumsi energi bersih.

Langkah tersebut juga merupakan bagian dari visi GX 2040 Jepang. Itu merupakan strategi nasional yang disetujui kabinet awal tahun ini untuk mengintegrasikan kebijakan iklim dengan pembangunan industri.

Baca juga: Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin

Alih-alih memperlakukan dekarbonisasi sebagai kendala, strategi ini memposisikannya sebagai pendorong pertumbuhan dan revitalisasi regional.

Sebagai bagian dari kerangka kerja, pemerintah akan membentuk sistem "Wilayah Strategi GX" untuk mendorong klaster industri baru di daerah-daerah yang memiliki akses ke sumber energi yang telah didekarbonisasi.

“Pemerintah daerah dan perusahaan akan bersama-sama menyusun rencana dengan pemerintah pusat memilih wilayah dan mendukungnya melalui subsidi dan reformasi peraturan," kata Shimizu.

Pendaftaran dari pemerintah daerah diharapkan dibuka pada akhir tahun fiskal ini.

Bagi para pemimpin perusahaan, program ini menandai pergeseran menuju kebijakan energi berbasis permintaan, di mana akses ke subsidi tidak hanya bergantung pada penggunaan energi bersih tetapi juga pada kontribusi ekonomi lokal.

Bagi investor, khususnya di bidang infrastruktur, pusat data, dan manufaktur canggih, kerangka kerja ini menawarkan dukungan kebijakan yang lebih jelas untuk proyek-proyek yang selaras dengan tujuan dekarbonisasi jangka panjang Jepang.

Keberhasilan program subsidi ini kemudian akan diukur dari apakah program ini dapat menerjemahkan ambisi kebijakan menjadi proyek-proyek yang layak secara finansial dan permintaan yang berkelanjutan untuk energi terbarukan di seluruh negeri.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS
Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS
Pemerintah
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Pemerintah
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
LSM/Figur
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Pemerintah
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Pemerintah
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Pemerintah
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Pemerintah
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
LSM/Figur
Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik
Konsumsi BBM Diprediksi Turun karena Peralihan ke Kendaraan Listrik
Pemerintah
Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Cegah Banjir Berulang di Sumatera, Akademisi IPB Usul Moratorium Sawit
Pemerintah
Sistem Komando Dinilai Hambat Penanganan Banjir Sumatera
Sistem Komando Dinilai Hambat Penanganan Banjir Sumatera
LSM/Figur
Aceh Terancam Kekurangan Pangan hingga 3 Tahun ke Depan akibat Banjir
Aceh Terancam Kekurangan Pangan hingga 3 Tahun ke Depan akibat Banjir
Pemerintah
Ecoton Temukan Mikroplastik pada Air Hujan dari 4 Wilayah di Jawa Timur
Ecoton Temukan Mikroplastik pada Air Hujan dari 4 Wilayah di Jawa Timur
LSM/Figur
Universitas Brawijaya Kembangkan Biochar dan Kompos untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berbasis Desa
Universitas Brawijaya Kembangkan Biochar dan Kompos untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berbasis Desa
Pemerintah
Ekspansi Sawit hingga Masifnya Permukiman Gerus Hutan di DAS Sumatera Utara
Ekspansi Sawit hingga Masifnya Permukiman Gerus Hutan di DAS Sumatera Utara
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau