Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global

Kompas.com, 18 Desember 2025, 17:47 WIB
Monika Novena,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Sumber Space, Science

KOMPAS.com - Penelitian terbaru menggunakan satelit untuk mendeteksi emisi metana dari sektor minyak, gas, dan batu bara di seluruh dunia. 

"Informasi ini akan berguna untuk meningkatkan pemahaman dan prediksi emisi metana, dan oleh karena itu, menyediakan informasi yang berguna untuk mengarahkan upaya mitigasi," kata lead author penelitian tersebut dari GHGSat Inc., Dylan Jervis, dilansir dari Space.com, Kamis (18/12/2025).

Baca juga:

Negara mana yang merupakan penyumbang emisi metana terbesar berdasarkan penelitian tersebut?

"Negara dengan emisi metana minyak dan gas terbesar adalah Turkmenistan, Amerika Serikat, Rusia, Meksiko, dan Kazakhstan, sedangkan negara dengan emisi batu bara terbesar adalah China dan Rusia," papar Jervis.

Satelit deteksi emisi metana dari minyak, gas, dan batu bara

Emisi metana dari fasilitas minyak, gas, dan batu bara bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca (ERK) global, dilansir dari Science.org. Sumber-sumber penghasil emisi metana tersebut perlu diidentifikasi agar bisa dikurangi. 

Metana dikenal pula sebagai penyumbang terbesar kedua terhadap pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Sebagian besar emisi metana tersebut berasal dari sektor energi, sering kali dari "titik sumber" terkonsentrasi, seperti cerobong asap, ventilasi batu bara, dan tambang terbuka.

Para peneliti lantas menggunakan pengamatan beresolusi tinggi dari konstelasi satelit GHGSat untuk memetakan hingga ke tingkat fasilitas yang menghasilkan emisi metana, termasuk mengidentifikasi ribuan lokasi minyak, gas, dan batu bara individu yang melepaskan gas rumah kaca tersebut ke atmosfer bumi.

"Ini adalah perkiraan global pertama yang menggunakan grid untuk emisi metana tahunan berdasarkan pengukuran skala fasilitas, sebuah kemajuan dalam akuntansi berbasis pengukuran yang dimungkinkan oleh skala komprehensif konstelasi satelit GHGSat dalam mengukur metana di seluruh dunia," jelas Jervis. 

Baca juga:

Penghitungan emisi metana

Penelitian berbasis satelit GHGSat memetakan fasilitas minyak, gas, dan batu bara penyumbang emisi metana global.Freepik Penelitian berbasis satelit GHGSat memetakan fasilitas minyak, gas, dan batu bara penyumbang emisi metana global.

Secara tradisional, para peneliti mengukur emisi metana dengan gabungan antara inventaris bottom-up (bawah-ke-atas), yang memperkirakan emisi berdasarkan aktivitas industri.

Namun, penghitungan ini sering melewatkan fluktuasi jangka pendek seperti kebocoran, dan pengukuran atmosfer top-down (atas-ke-bawah), yang mendeteksi konsentrasi metana secara langsung, tapi kurang memiliki resolusi untuk menentukan sumber spesifik secara tepat.

Kedua metode tersebut tidak ada yang mampu memberikan gambaran yang sangat presisi mengenai emisi metana global dari sektor energi.

Namun, konstelasi GHGSat menjembatani celah tersebut dengan menggabungkan resolusi spasial skala meter dengan cakupan global.

Dengan menganalisis data pengamatan GHGSat terhadap awan metana yang dikumpulkan pada tahun 2023, tim peneliti memperkirakan emisi metana tahunan dari 3.114 fasilitas minyak, gas, dan batu bara di seluruh dunia yang mencapai sekitar sembilan juta ton (8,3 juta ton metrik) per tahun.

Baca juga: Kulit, Cashmere, dan Wol Penyumbang Metana Terbesar Industri Fashion

Para peneliti juga melacak seberapa sering fasilitas individu memancarkan gumpalan metana yang terdeteksi, sebuah metrik yang mereka sebut persistensi.

Untuk mendapatkan estimasi metana paling akurat dan dapat ditindaklanjuti, survei mendetail seperti yang disediakan oleh GHGSat sangat krusial.

Itulah sebabnya GHGSat terus menambah jumlah konstelasi satelitnya. Dua satelit baru diluncurkan pada bulan Juni, dan dua lagi pada November sehingga total satelit perusahaan saat ini mencapai 14 unit.

Baca juga: Metana Tersembunyi dari Batu Bara Australia Dongkrak Emisi Baja hingga 15 Persen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
LSM/Figur
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan 'Tenaga Kerja Hijau'
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan "Tenaga Kerja Hijau"
Pemerintah
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
BUMN
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
Swasta
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
BUMN
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
LSM/Figur
Sinarmas Land dan Waste4Change Resmikan Rumah Pemulihan Material di Tangerang
Sinarmas Land dan Waste4Change Resmikan Rumah Pemulihan Material di Tangerang
Swasta
Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
LSM/Figur
Google Rilis Panduan untuk Bantu Laporan Keberlanjutan dengan AI
Google Rilis Panduan untuk Bantu Laporan Keberlanjutan dengan AI
Swasta
Indonesia Tak Impor Beras, Pemerintah Dinilai Perlu Waspadai Harga dan Stok
Indonesia Tak Impor Beras, Pemerintah Dinilai Perlu Waspadai Harga dan Stok
LSM/Figur
Walhi Kritik Usulan Presiden Prabowo Ekspansi Sawit dan Tebu di Papua
Walhi Kritik Usulan Presiden Prabowo Ekspansi Sawit dan Tebu di Papua
Pemerintah
Greenpeace Sebut Banjir Sumatera akibat Deforestasi dan Krisis Iklim
Greenpeace Sebut Banjir Sumatera akibat Deforestasi dan Krisis Iklim
LSM/Figur
Menteri UMKM Minta Bank Tak Persulit Syarat KUR untuk Usaha Mikro
Menteri UMKM Minta Bank Tak Persulit Syarat KUR untuk Usaha Mikro
Pemerintah
Satwa Liar Terjepit Deforestasi, Perburuan, dan Perdagangan Ilegal
Satwa Liar Terjepit Deforestasi, Perburuan, dan Perdagangan Ilegal
LSM/Figur
Menteri UMKM Berencana Putihkan Utang KUR Korban Banjir Sumatera
Menteri UMKM Berencana Putihkan Utang KUR Korban Banjir Sumatera
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau