Kompas.com - 03/03/2020, 18:56 WIB
Farhanah,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Suara narator menggema di keheningan ruangan gelap itu. Saat suara narator berhenti, irama musik etnik pun menyambut.

Pada layar LED besar di ruangan terpampang nama Deden Siswanto dengan rancangannya bertema Dakar.

Dia adalah desainer pertama yang menampilkan karyanya malam itu di Muslim Fashion Festival (Muffest) 2020 pada Jumat (21/2/2020) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.

Tak lama, sepasang model mengenakan pakaian muslim masuk dan berlenggok di atas panggung. Para penonton pun mulai menyoroti busana muslim unik yang mereka kenakan.

Baca juga: Ingin Mulai Bisnis Fashion Muslim, Perhatikan 3 Hal Ini Dulu

Total, 64 koleksi busana muslim dari empat desainer dipamerkan saat itu. Selain Deden, juga ada desainer Rosie Rahmadi dengan karya bertema Luru.

Jika Deden mengusung warna-warna bumi dan netral seperti cokelat, maka Rosie menampilkan warna-warna cerah dan terang seperti merah.

Fashion show yang bertajuk Everything Indonesia: From Plantation to Fashion itu makin meriah saat selebriti sekaligus influencer Tantri Namirah, tampil mencuri perhatian sebagai muse.

Sebagai informasi, sehari sebelumnya delapan karya dari desainer Anggiasari dan Aninda Razmi juga telah ditampilkan pada acara pembukaan Muffest 2020, Kamis (20/2/2020).

Baca juga: Jokowi Puji Produk Fashion Muslim di Indonesia

Menariknya, Muffest 2020 tak hanya menjadi ajang pamer koleksi terbaik para desainer. Acara ini juga menekankan komitmen desainer dalam menghasilkan karya fesyen berkelanjutan atau sustainable fashion.

Mendukung sustainable fashion

Dalam setiap karya pada fashion show malam itu menggabungkan bahan yang ramah lingkungan seperti viscose rayon.

Viscose rayon adalah bahan baku tekstil yang berasal dari pohon. Keunggulannya mudah terurai dan bersifat renewable atau terbarukan.

Bila dikenakan, pakaian serat rayon bersifat sejuk, nyaman, halus, cerah dan sangat fleksibel. Bahan ini juga gampang dipadupadankan dengan bahan lain untuk menciptakan gaya busana yang diinginkan.

Adapun, Asia Pacific Rayon (APR) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi serat rayon yang berkelanjutan ini.

Baca juga: 100 Desainer Unjuk Gigi di Ajang Muslim Fashion Festival 2020

Berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, perusahaan tersebut merupakan produsen viscose rayon pertama yang terintegrasi secara penuh di Asia.

Dalam setahun, 240.000 ton serat rayon diproduksi untuk memenuhi pasar dalam negeri dan mancanegara.

Dengan begitu, tak diragukan lagi serat rayon memang produk asli Indonesia. Sejalan dengan kampanye Everything Indonesia yang bertujuan memasyarakatkan bahan baku dari Indonesia demi kebaikan seluruh masyarakat Indonesia.

Salah satu wujud komitmennya yaitu berpartisipasi untuk kedua kalinya dalam Muslim Fashion Festival (Muffest) 2020 yang di gelar pada 20 - 23 Februari 2020 tersebut.

Baca juga: Viscose - Rayon, Kunci untuk Industri Sustainable Fashion?

Sejalan dengan visi mereka, Muffest yang sudah berlangsung sejak 2015 ini mengusung tema sustainability atau berkelanjutan yang tengah menjadi isu global.

National Chairman Indonesia Fashion Chambers (IFC) Ali Charisma membenarkan tren sustainable tengah menjadi gerakan baru di dunia fesyen.

“Sebagai desainer, kami sangat terbantu dengan adanya bahan baku berkelanjutan yang seluruhnya berasal dari Indonesia. Kami berharap produk rayon APR bisa menjadi solusi untuk masa depan industri fesyen yang lebih ramah lingkungan,” jelas Ali.

Selain mendukung fesyen berkelanjutan, bahan baku rayon seluruhnya diproduksi di Indonesia. Tentu ini sangat meringankan neraca dagang Indonesia, sehingga tidak bergantung dengan kain dan bahan baku impor yang masih tinggi saat ini.

Baca juga: Tips Menerapkan Fesyen Berkelanjutan

“Partisipasi kami dalam gelaran Muffest sejalan dengan misi APR untuk berkontribusi dalam upaya merevitalisasi industri tekstil Indonesia, termasuk meningkatkan kesadaran sustainable fashion, mendorong ekspor modest fashion serta mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia,” kata Direktur APR Basrie Kamba.

Pimpinan Asia Pacific Rayon (APR) dan penyelenggara Muslim Fashion Festival 2020 berfoto bersama para model.APRIL Group Pimpinan Asia Pacific Rayon (APR) dan penyelenggara Muslim Fashion Festival 2020 berfoto bersama para model.

Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia

Ya, peluang Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia sangat besar melihat dari tingginya transaksi belanja busana muslim dalam negeri.

Dalam laporan terbaru State Islamic Economy Report 2019, Indonesia menjadi negara ketiga pembelanja busana muslim terbesar di dunia dengan total nilai 21 miliar dollar AS.

Sayangnya, tingginya permintaan busana muslim dunia belum didukung optimal oleh kemampuan pelaku tekstil dan fesyen dalam negeri.

Dari data yang sama, Indonesia tidak termasuk lima negara terbesar yang mengekspor busana muslim. Pengekspor busana muslim tertinggi masih dipimpin China dengan total 10,6 miliar dollar AS.

Baca juga: Meraba Tren dan Tantangan Bisnis Busana Muslim pada 2020

Nah, tumbuhnya industri fesyen muslim berkelanjutan ini menjadi peluang baru bagi Indonesia untuk bangkit menjadi produsen busana muslim dunia, sehingga tak hanya sebagai pembelanja saja.

Sekarang tak ada alasan lagi untuk tidak berkontribusi bagi lingkungan. Mulai saja dari mengenakan pakaian dengan bahan berkelanjutan dan ramah lingkungan asli Indonesia.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau