Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 8 September 2023, 08:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hotel dan resor di Asia Tenggara dinilai telah gagal memahami konsep green premium,  dan bagaimana memanfaatkannya untuk menarik tamu berkualitas.

Direktur Pelaksana dan Penasihat Perhotelan dan Real Estate C9 Hotelworks Bill Barnett mengungkapkan hal itu dalam gelaran acara Phuket Hotels for Islands Sustaining Tourism (PHIST), pekan ini.

C9 Hotelworks merupakan salah satu penyelenggara PHIST, bersama dengan Greenview dan Phuket Hotels Association.

Pesan bahwa sektor hotel dan resor di Asia Tenggara tertinggal dibandingkan hotel dan resor di belahan dunia lain dalam hal memanfaatkan keuntungan yang terkait dengan pariwisata berkelanjutan adalah salah satu isu penting yang dibahas.

Baca juga: Tahun 2030, Airbus Gunakan 100 Persen Bahan Bakar Berkelanjutan

PHIST merupakan forum keberlanjutan terbesar di Asia Tenggara, diadakan pekan ini di SAii Laguna yang diikuti lebih dari 1.000 peserta.

“Pengembang hotel di Asia Tenggara secara umum telah gagal mewujudkan keberlanjutan seperti yang mereka lakukan di Eropa atau Amerika Utara. Ini adalah keterputusan yang sangat besar,” kata Barnett.

Pembicara ahli lainnya di PHIST termasuk desainer Bill Bensley dan KP Ho, pendiri dan ketua eksekutif Banyan Tree Holdings dan Laguna Resorts and Hotels, mendesak pemilik resor untuk lebih sadar akan manfaat lebih luas terkait dengan pariwisata berkelanjutan.

Dengan memelopori praktik ramah lingkungan mulai dari pengelolaan limbah dan konservasi energi hingga santapan langsung dari pertanian, mendapatkan produk organik dari petani lokal, dan keterlibatan masyarakat yang lebih baik, resor dapat menghemat biaya dan membangun kerja-kerja baik.

Dengan melakukan hal ini, mereka juga dapat meningkatkan daya tarik mereka terhadap klien yang menjunjung tinggi pengalaman yang etis, berkelanjutan, dan keunikan.

Baca juga: Ini 6 Agenda Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Direktur Area STR Global untuk Asia Pasifik Jesper Palmqvist sepakat bahwa industri perhotelan di Asia Tenggara perlu lebih proaktif dalam melakukan perubahan yang berarti.

STR Global Asia Pasifik menjadi tuan rumah pertemuan meja bundar di PHIST yang dihadiri tokoh-tokoh dari resor ternama seperti Six Senses dan Soneva membahas praktik terbaik lingkungan di masa depan.

“Penting bagi industri untuk mengembangkan green champion, dokumen praktik terbaik, dan modul pelatihan yang dapat dimodifikasi oleh hotel,” katanya.

Selain itu, hotel perlu ditekan untuk memenuhi sertifikasi keberlanjutan internasional. Hal ini akan menunjukkan ambisi yang lebih besar untuk mengadopsi kriteria baru yang berkaitan dengan lingkungan dan dengan demikian tetap menjadi yang terdepan.

Diskusi lain tentang cara memanfaatkan peluang yang diberikan oleh pariwisata berkelanjutan juga mengemuka.

Baca juga: Dukung Gaya Hidup Berkelanjutan ALVA dan Muhammadiyah Berkolaborasi

KP Ho berperan penting dalam transformasi Laguna Phuket dari daratan yang tandus dan ditinggalkan oleh industri pertambangan timah serta dinyatakan oleh PBB tidak dapat dihuni, menjadi pengembangan resor terpadu terkemuka di Asia Tenggara.

Sementara Bensley telah membantu menyusun beberapa pengalaman pariwisata berkelanjutan paling karismatik di Asia.

Shinta Mani Wild miliknya di Kamboja, misalnya, menawarkan akomodasi tenda yang mewah sambil menggunakan dana untuk melestarikan cagar alam pribadi di sekitarnya dari perburuan, penambangan, dan penebangan kayu.

“Premi ramah lingkungan” dan cara memanfaatkannya hanyalah salah satu dari banyak topik yang dibahas di PHIST tahun ini, yang menampilkan 16 lokakarya interaktif dan lebih dari 30 peserta pameran.

Diskusi lokakarya mencakup isu-isu seperti ekonomi berkelanjutan sirkular, pinjaman hotel ramah lingkungan, dan dana awal, glamping, rantai ekosistem makanan, desain, data, dan pengukuran keramahtamahan lingkungan, inovasi teknologi ramah lingkungan, pemasaran hotel berkelanjutan, konservasi air, keberlanjutan kesehatan dan banyak lagi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Melawan Korupsi Transisi Energi
Melawan Korupsi Transisi Energi
Pemerintah
KLH Sebut Banjir Sumatera Jadi Bukti Dampak Perubahan Iklim
KLH Sebut Banjir Sumatera Jadi Bukti Dampak Perubahan Iklim
Pemerintah
Terumbu Karang Terancam Dikuasai Alga Tahun 2100 akibat Pengasaman Laut
Terumbu Karang Terancam Dikuasai Alga Tahun 2100 akibat Pengasaman Laut
LSM/Figur
Tekan Emisi, Anak Usaha TAPG Olah Limbah Cair Sawit Jadi Listrik dan Pupuk Organik
Tekan Emisi, Anak Usaha TAPG Olah Limbah Cair Sawit Jadi Listrik dan Pupuk Organik
Swasta
Cegah Greenwashing, OJK Perketat Standar Pengkungkapan Keberlanjutan Perusahaan
Cegah Greenwashing, OJK Perketat Standar Pengkungkapan Keberlanjutan Perusahaan
Pemerintah
Menteri LH Hentikan Operasional Tambang Imbas Banjir Sumatera Barat
Menteri LH Hentikan Operasional Tambang Imbas Banjir Sumatera Barat
Pemerintah
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau