JAKARTA, KOMPAS.com - Airbus, manufaktur pesawat terbang asal Eropa, menggarisbawahi peran penting industri penerbangan dalam membantu negara berkembang seperti Indonesia mencapai target ekonominya.
Airbus President Asia-Pacific Anand Stanley menuturkan, permintaan pasar di ranah penerbangan telah kembali secara signifikan selama setahun terakhir.
Hal ini mendorong maskapai penerbangan untuk mengoperasikan kembali pesawat yang telah lama diparkir dan meningkatkan kapasitas yang ada.
Seperti halnya di banyak wilayah Asia, transportasi udara di Indonesia bukanlah sebuah pilihan, tapi sebuah keharusan guna memastikan kelancaran perhubungan dan menyambungkan perdagangan seluruh pelosok nusantara dan juga dengan dunia internasional.
Baca juga: Dampak Industri Penerbangan Terhadap Lingkungan
"Hal ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi, sekaligus memastikan generasi mendatang dapat menikmati penerbangan sebagaimana yang telah kita rasakan selama ini," ujar Stanley.
Stanley menambahkan, tantangan terbesar yang dihadapi industri penerbangan saat ini adalah bagaimana memenuhi permintaan yang terus meningkat dengan cara yang berkelanjutan.
Menurutnya, langkah awal dalam meningkatkan keberlanjutan penerbangan adalah dengan memperbarui armada generasi lama dengan pesawat terbaru yang lebih hemat bahan bakar.
Sehingga dapat langsung mengurangi emisi karbon sekitar 25 persen. Faktor pendorong lainnya dalam jangka pendek ini adalah peningkatan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuels (SAF).
Pesawat yang diproduksi Airbus, saat ini sudah mampu terbang dengan campuran SAF hingga 50 persen, dan perusahaan memiliki target untuk meningkatkannya menjadi 100 persen pada tahun 2030.
"Namun, agar maskapai penerbangan dapat memanfaatkannya secara maksimal, dibutuhkan sistem yang memadai untuk memproduksi dan mengomersilkan sumber energi ini di sekitar hub transportasi udara di seluruh dunia," cetus Stanley.
Baca juga: Menyusul Belanda, Perancis Bakal Larang Penerbangan Jet Pribadi
Selain itu, Airbus juga sedang mengembangkan pesawat yang menggunakan sumber energi baru seperti hidrogen atau bahan bakar sintetis.
Airbus sedang mengembangkan tiga konsep pesawat yang bisa ditenagai hidrogen dengan kapasitas 100 hingga 200 kursi, sehingga menghasilkan emisi hampir nol.
"Pesawat seperti ini dapat memenuhi keperluan rute domestik yang lebih pendek di Indonesia," cetus Stanley.
"Tentunya maskapai penerbangan dan produsen pesawat terbang bukanlah produsen energi. Namun, kami dapat dan harus bertindak sebagai katalisator untuk perubahan besar yang sangat penting ini," tambahnya.
Menurut Stanley, berbagai pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk mempelajari sejumlah alternatif yang ada, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulainya.
Upaya ini akan membutuhkan pendekatan lintas sektoral, menyatukan para produsen pesawat, maskapai penerbangan, bandara, penyedia energi, regulator, dan pemerintah.
"Kami di Airbus siap untuk bekerja sama dengan industri lokal dan terus memperkuat kehadiran kami di Indonesia," cetus Stanley.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya