Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT

Kompas.com, 14 Mei 2024, 17:06 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Arnoldus Manu bergegas menaiki mobil jenis Toyota Kijang Innova berwarna hitam yang ditumpangi rombongan Organisasi Kemanusiaan Global Human Initiative (HI), Minggu (28/4/2024).

Pria berusia 53 tahun asal Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu didapuk sebagai penunjuk jalan menuju kandang sapi milik rekannya Andreas Amnahat (34).

Tiga unit mobil berjenis sama yang ditumpangi rombongan HI itu pun menuju Dusun 5, Desa Bokong, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang. Desa tersebut bertetangga dengan tempat tinggal Arnoldus.

Untuk menuju kandang, rombongan yang terdiri dari Vice President Communication and Development Human Initiative Andjar Radite, Manager PR Dara Minanda, Supervisor PR Media Relationship Ade Lukman Nulhakim, Staf Produksi Samsul Arifin, relawan lokal HI di NTT Joko Agus, serta wartawan INews TV, Antara, Kompas.com, Kumparan, dan Republika, harus melintasi proyek bendungan Manikin.

Mobil pun menerobos sungai, dengan turunan tajam dan tanjakan tinggi membelah bukit. Kondisi jalan tak mulus sehingga mobil tertatih-tatih hingga tiba di kandang.

Namun, untuk mencapai kandang, mereka harus berjalan kaki sejauh sekitar 300 meter (m) melewati semak belukar. Lokasi kandang sapi merupakan kebun milik Andreas Amnahat.

Ada delapan ekor sapi milik Andreas. Kandangnya pun dibuat seadanya tanpa bangunan penutup, hanya beberapa batang kayu yang disusun sejajar dan masing-masing sapi diikat menghadap ke arah yang sama.

Pakan ternak berupa dedaunan pun langsung disajikan persis di depan sapi sehingga langsung dilahap.

Arnoldus lalu memanggil Andreas melalui telepon selulernya untuk segera bergabung dengan rombongan. Tak lama kemudian, Andreas tiba dan langsung mengenakan rompi dan topi HI berwarna biru. Ia pun menjelaskan proses pemeliharaan sapi.

Arnoldus dan Andreas adalah gambaran peternak di Kabupaten Kupang yang telah mendapat banyak manfaat dari kemitraan dengan HI. Setiap tahun, keduanya menyediakan ratusan sapi untuk dijadikan hewan kurban saat Idul Adha.

"Delapan ekor sapi tersebut, setiap hari saya kasih makan tiga kali, pagi, siang, dan sore. Sapi-sapi ini rencananya akan jadi kurban. Kami sudah bekerja sama dengan HI selama puluhan tahun," ujar Andreas.

Andreas juga mengakui bahwa dia mendapat keuntungan besar dari kerja sama dengan HI karena harga jualnya lebih tinggi dibandingkan harga pasaran di Kupang.

Dia menegaskan bahwa semua ternak sapi miliknya bebas penyakit dan telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh HI.

Meskipun beternak jauh dari rumahnya, Andreas menjelaskan bahwa sapi-sapinya tidak pernah hilang dicuri orang.

"Sapi di sini aman. Pakannya juga tersedia dalam jumlah cukup di kebun ini. Sumber air juga tidak jauh, hanya sekitar 200 m dari sini," kata dia.

Dia juga berterima kasih kepada HI, karena telah memberikan kepercayaan kepadanya sebagai mitra selama puluhan tahun.

"Kami telah bekerja sama dengan HI sejak 1999. Selama ini, kami telah memenuhi semua kriteria untuk menyediakan hewan kurban dengan baik," ujarnya.

Usai mendengar penjelasan dari Andreas, rombongan bergerak menuju lokasi peternakan milik Arnoldus di Dusun 5 Manuat, RT 18 RW 9, Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu.

Perjalanan ditempuh sekitar setengah jam. Tidak mudah mencapai lokasi ternak milik Arnoldus karena medannya berupa jalan tanah dan melewati perkebunan jambu mete, semak belukar, dan batu karang.

Kunjungan Human Initiative ke peternakan sapi milik AndreasKOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere Kunjungan Human Initiative ke peternakan sapi milik Andreas
Kunjungan Human Initiative ke peternakan sapi milik AndreasKOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere Kunjungan Human Initiative ke peternakan sapi milik Andreas

Meskipun begitu, rombongan tiba di lokasi dan disambut oleh embusan angin segar dari udara perbukitan. Arnoldus memiliki enam ekor sapi, sedangkan sebagian lainnya berada di kandang yang berbeda.

"Saya sudah siapkan 60 ekor sapi untuk dijadikan kurban tahun ini. Jika ada permintaan lebih, saya akan penuhi," ujar Arnoldus, sambil menyuguhkan kelapa muda segar kepada semua rombongan.

Dibandingkan Andreas, Arnoldus memiliki banyak pengalaman sebagai peternak sapi. Hampir sepanjang hidupnya, ia selalu berhubungan dengan sapi.

"Saya telah menjadi peternak sapi selama 41 tahun, banyak pengalaman dalam memelihara sapi. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya mengobati sapi yang sakit dan diobati pakai medis tidak sembuh, saya menggunakan ramuan tradisional. Dan itu selalu berhasil,” kata Arnoldus dengan penuh optimistis.

Tentang kerja sama dengan HI, Arnoldus menyatakan bahwa selama ini semuanya berjalan dengan lancar dan dia selalu dipercaya.

"Saya lebih duluan dari Andreas. Sejak 1999, saya sudah menyediakan hewan kurban untuk HI. Itu sudah berlangsung selama 25 tahun dengan HI," ujar Arnoldus.

Dalam kemitraannya dengan HI, Arnoldus mengaku mendapatkan keuntungan hingga mencapai 30 persen dari penjualan setiap sapi, yang diperoleh setiap Idul Adha.

"Saat hajatan kurban tiba, kami merasa sangat bahagia karena harga jualnya di atas ketika diambil oleh HI. Kami bisa mendapatkan hingga 30 persen. Jika dijual kepada tengkulak, harga jualnya justru akan turun," imbuhnya.

Karena sudah lama bermitra dengan HI, ternak sapi miliknya dijaga sesuai dengan syarat yang harus dipatuhi berdasarkan hukum Syariah.

"Kami sudah mengetahui persyaratan sapi yang akan dijadikan kurban. Kesehatannya harus tetap terjaga, bersih, dan tidak boleh cacat," katanya.

Arnoldus juga mengungkapkan bahwa sejak 1999, sekitar 6.000 sampai 7.000 ternak sapi telah dijadikan hewan kurban.

Dia berharap, kerja sama dengan HI tetap berlanjut. Tentunya, dia akan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh HI.

Peternak sapi asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, Arnoldus dan Andreas bersama Vice President Communication and Development Human Initiative Andjar RaditeKOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere Peternak sapi asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, Arnoldus dan Andreas bersama Vice President Communication and Development Human Initiative Andjar Radite

Vice President Communication and Development Human Initiative Andjar Radite mengatakan bahwa pihaknya telah aktif dalam kegiatan kurban sejak 1999.

Sebagai lembaga kemanusian, lanjut Andjar, pihaknya berorientasi pada pemberdayaan peternak lokal, seperti Andreas dan Arnoldus.

"HI bekerja sama dengan yayasan lokal yang kemudian memberdayakan masyarakat lokal yang memiliki ternak atau usaha penggemukan sapi," ujar Andjar.

"Sebenarnya, kami bukanlah unit bisnis, melainkan lembaga kemanusiaan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pembelian hewan kurban," sambung Andjar.

Setiap tahun, lanjut Andjar, pihaknya melakukan pengecekan terhadap mitra yang menyediakan hewan kurban untuk Idul Adha.

"Pak Andre dan Arnoldus yang paling ujung menyediakan hewan kurban Idul Adha di Kota Kupang sehingga kami datang ke sini untuk melihat langsung," ujarnya.

Andjar menjelaskan bahwa pihaknya selalu memantau mitra di berbagai daerah, termasuk di Kupang, dengan cara menghubungi melalui telepon, diskusi, dan mengecek di lapangan.

Dia pun mengakui bahwa kerja sama dengan mitra di beberapa daerah tidak selalu berjalan lancar. Jika ada mitra yang tidak sejalan, konsekuensinya kerja sama dihentikan.

"Namun, berbeda dengan pak Arnoldus dan Andreas. Mereka selalu berhasil memenuhi semua standar dan harapan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengundang teman-teman media untuk datang ke sini dan melihat langsung kegiatan mereka," katanya.

Kunjungi laman https://solusipeduli.org/qurban/ untuk informasi selengkapnya mengenai program kurban besutan Human Initiative.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau