KUPANG, KOMPAS.com - Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) bersama International Centre for Research in Agroforestry (Icraf) Indonesia mengundang masyarakat NTT untuk berpartisipasi dalam konsultasi publik Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDAST) Benain dan Noelmina di Kupang, Rabu (2/10/2024).
Ketua Forum DAS NTT Ludji Michael Riwu Kaho mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan aspirasi para pemangku kepentingan terhadap prioritas dan sasaran pembangunan DAS di kedua wilayah tersebut.
Saat ini, Forum DAS NTT sedang dalam proses memutakhirkan RPDAST untuk DAS Benain dan DAS Noelmina.
Pemutakhiran dilakukan berdasarkan evaluasi RPDAST 2010-2025 yang menemukan banyak program yang telah dirancang belum menghasilkan dampak nyata dalam meningkatkan kapasitas penyangga DAS.
Baca juga: Musim Panas Terhangat, Kedalaman Sungai Terpanjang di Polandia Pecahkan Rekor Terendah
Rancangan terbaru RPDAST untuk DAS Benain dan Noelmina disusun oleh Forum DAS NTT bekerja sama dengan Icraf Indonesia, Pemerintah Provinsi NTT, dan BPDAS Benain Noelmina.
“Rekomendasi dalam RPDAST ini meliputi tindakan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan DAS dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan risiko,” kata Ludji.
Dia menjelaskan, DAS memberikan daya dukung lingkungan yang amat penting bagi ketahanan iklim masyarakat.
DAS yang sehat dengan vegetasi yang baik menyimpan air hujan dan menjaga ketersediaan air tanah, sehingga mencegah bencana yang terkait dengan air atau water-related disaster seperti kekeringan, banjir, longsor, dan sebagainya.
Namun banyak DAS di Indonesia mengalami kerusakan dan degradasi, termasuk DAS Benain dan Noelmina.
Peneliti Icraf Indonesia Ni’matul Khasanah mengungkapkan, temuan Forum DAS dan Icraf yang membantu monitoring dan evaluasi, DAS Benain dan Noelmina telah mengalami penurunan kapasitas penyangga.
Baca juga: Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Butuh Kelembagaan Kuat
Penurunan itu diindikasikan dengan meningkatnya luasan lahan kritis dan frekuensi bencana seperti kekeringan, banjir, erosi, dan longsor.
Berdasarkan kajian hidrologi yang kami lakukan, 47 persen dari areal DAS Benain atau 152.000 hektar berada dalam kondisi kritis, memerlukan intervensi seperti reboisasi intensif, penerapan teknik konservasi tanah dan air, serta pembangunan prasarana air hujan.
Di DAS Noelmina, 62 persen dari arealnya atau 116.000 hektar juga berada dalam kondisi serupa, membutuhkan intervensi yang sama.
Implikasi dari temuan-temuan ini ialah perlunya pemutakhiran dokumen RPDAST yang berdasarkan pada hasil evaluasi RPDAST sebelumnya serta kajian yang memadukan pengetahuan ekologi para pemangku kepentingan.
Pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan lintas wilayah dan sektoral untuk mengoptimalkan pengelolaan DAS Benain dan Noelmina dengan BAPPERIDA Provinsi NTT dan BAPPEDA Kabupaten TTU, Belu, Malaka, TTS, dan Kupang sebagai fasilitator, juga menjadi salah satu rekomendasi kunci dalam rancangan RPDAST.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya