KOMPAS.com - Bencana hidrometeorologi ekstrem dan hilangnya keanekaragaman hayati masih dianggap sebagai risiko terbesar selama dekade mendatang.
Hal tersebut terungkap dalam Global Risks Report edisi 2025 dari Word Economic Forum (WEF) yang dipublikasikan 15 Januari.
Disusun berdasarkan survei terhadap lebih dari 900 pakar risiko, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri, laporan tersebut memberikan gambaran tentang risiko yang dianggap paling mungkin terjadi dan paling parah selama jangka waktu dua tahun dan sepuluh tahun.
Mengutip Edie, Jumat (17/1/2025), dua risiko teratas untuk dua tahun ke depan tetap sama dari tahun ke tahun adalah misinformasi/disinformasi dan peristiwa cuaca ekstrem.
Baca juga: Biaya Cuaca Ekstrem 2024 Capai 550 Miliar Dollar AS
Christian Aid baru-baru ini memperkirakan bahwa peristiwa cuaca ekstrem mengakibatkan biaya kerusakan sedikitnya 200 miliar dollar AS pada tahun 2024.
Sementara itu, untuk jangka waktu sepuluh tahun, cuaca ekstrem digolongkan sebagai risiko teratas yang mengkhawatirkan.
Selain itu, seperti halnya tahun lalu, para ahli percaya serangkaian potensi risiko lingkungan yang saling terkait dan berjenjang akan berpeluang benar-benar terjadi dalam satu dekade.
Daftar sepuluh teratas untuk sepuluh tahun ke depan mencakup hilangnya keanekaragaman hayati dan runtuhnya ekosistem, kekurangan sumber daya alam, perubahan ekosistem Bumi, dan polusi.
Lebih lanjut, WEF mencatat pula bahwa banyak bisnis besar tidak memprioritaskan manajemen risiko lingkungan dalam strategi mereka.
Menurut laporan WEF, prioritas ketahanan bisnis industri belum terkait dengan iklim dan alam.
Laporan menyebut perusahaan jauh lebih banyak bersiap mengatasi kekurangan ketrampilan dan tenaga kerja.
Sebagian besar khawatir tentang gangguan rantai pasokan, lebih dari seperempatnya bersiap menghadapi gangguan pada infrastruktur yang dapat disebabkan oleh risiko iklim, tetapi tidak menggunakan kerangka lingkungan dalam perencanaan mengatasinya.
"Dari konflik hingga perubahan iklim, kita menghadapi krisis yang saling terkait yang menuntut tindakan kolektif dan terkoordinasi," kata kepala Global Risks Initiative WEF, Mark Elsner.
"Upaya baru untuk membangun kembali kepercayaan dan mendorong kerja sama sangat dibutuhkan. Konsekuensi dari tidak adanya tindakan dapat dirasakan oleh generasi mendatang," katanya lagi.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Diprediksi Terjadi hingga April 2025
Polusi Naik Peringkat
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya