JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, cuaca ekstrem akan terjadi sampai April 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, peristiwa itu diakibatkan fenomena La Nina Lemah yang meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.
Selain itu, dinamika atmosfer Madden-Julian Oscillation (MJO) dan seruakan udara dingin dari daratan Asia menuju wilayah barat Indonesia berpotensi aktif. Hal itu dapat meningkatkan intensitas maupun volume curah hujan di berbagai wilayah.
Baca juga:
"Di musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi," ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/12/2024).
Dia memastikan, BMKG terus memantau kondisi ini lalu akan menyampaikan informasi terkini sebagai upaya pencegahan. Dwikorita pun meminta masyarakat untuk memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG, terutama di periode Natal dan Tahun Baru 2024.
"Peringatan dini cuaca akan disampaikan, sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian, bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem," papar Dwikorita.
Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan bahwa seiring dengan periode puncak musim hujan wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, serta Sulawesi berisiko lebih besar mengalami curah hujan tinggi. Bencana yang bisa terjadi antara lain banjir, genangan air, dan tanah longsor di daerah rawan.
"Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah, potensi hujan lebat yang terjadi pada daerah-daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang saat ini sedang aktif, karena potensi banjir lahar hujan yang dapat ditimbulkan," ungkap Guswanto.
Sebelumnya, BMKG menggelar operasi modifikasi cuaca untuk mencegah dampak akibat cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi pada akhir 2024. Dwikorita menjelaskan, upaya ini dilakukan dengan penyemaian awan selama dua hari berturut-turut.
Sebanyak lima sorti penerbangan dilakukan menggunakan empat ton bahan semai, agar mengendalikan distribusi hujan di wilayah Jakarta.
Baca juga:
"Operasi ini bertujuan untuk mengurangi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir yang sering melanda Jakarta akibat intensitas hujan yang tinggi," kata Dwikorita.
"Hasilnya, kami berhasil menurunkan curah hujan di sejumlah wilayah dengan intensitas pengurangan mencapai 13 persen hingga 67 persen pada 7 dan 8 Desember, berdasarkan data satelit Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP)," imbuh dia.
Merujuk pada data satelit pada 7 Desember 2024, operasi tersebut mengurangi curah hujan di sisi timur Jakarta. BMKG juga mencatat, hujan di sisi tengah dan barat Jakarta meningkat. Kemudian, pada 8 Desember 2024 pengurangan curah hujan terjadi hampir di semua wilayah Jakarta.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya