Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 17 Januari 2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Untuk menebus dan mengimbangi emisinya, Google menyasar proyek penghilangan karbon dioksida atau carbon dioxide removal (CDR) di India.

Perusahaan raksasa teknologi tersebut membeli 100.000 ton carbon credit atau sertifikat karbon dari proyek biochar di "Negeri Anak Benua".

Biochar adalah zat mirip arang yang diproduksi dengan mengubah limbah pertanian menjadi bahan penyerap karbon dioksida.

Baca juga: Perdagangan Karbon Berpeluang Dongkrak Investasi Teknologi Hijau

Biochar dinilai menjadi upaya yang dapat diubah menjadi skala besar dan hemat biaya untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.

Produk tersebut lebih murah dibandingkan dengan teknologi berbiaya tinggi seperti penangkapan udara langsung atau direct-air carbon capture.

Dalam merealisasikan proyek tersebut, Google bermitra dengan perusahaan asal India, Varaha dan Charm hingga 2030.

Carbon Removal Lead Google Randy Spock mengatakan, transaksi tersebut merupakan pengimbangan karbon melalui biochar terbesar hingga saat ini.

"Kesepakatan ini akan memungkinkan penghapusan 200.000 ton karbon untuk membantu Google mencapai sasaran emisi nol bersih kami," kata Spock, dikutip dari pernyataan resminya, Kamis (16/1/2025).

Baca juga: Indonesia Bersiap Memulai Perdagangan Karbon Internasional

Dia menuturkan, proyek tersebut membantu mengkatalisasi produksi biochar menuju skala yang dapat membantu mengurangi perubahan iklim.

"Biochar adalah pendekatan yang menjanjikan untuk penghilangan karbon karena memiliki kemampuan untuk ditingkatkan di seluruh dunia berdasarkan teknologi yang ada, dengan efek samping yang positif bagi kesehatan tanah," ujar Spock sebagaimana dilansir ESG News.

Saat ini, pasar penghilangan karbon dioksida baru mewakili sebagian kecil dari perdagangan karbon global.

Akan tetapi, pasar tersebut diperkirakan akan berkembang seiring dengan meningkatnya upaya perusahaan dan negara untuk mengimbangi emisi.

CEO Varaha Madhur Jain menekankan, potensi dari biochar di India sangat besar.

Baca juga: WWF Indonesia: Perdagangan Karbon Internasional Bisa Bawa Dampak Positif

"Pertanian di India dapat menghasilkan cukup biochar untuk menyimpan lebih dari 100 juta ton karbon dioksia setiap tahun," jelas Jain.

Di sisi lain, sejumlah pihak berpendapat CDR tidak bisa menjadi penebus atau pengganti untuk emisi yang dihasilkan.

Beberapa juga menyoroti ketidakpastian dalam keawetan penyimpanan karbon dioksida dari biochar.

“Kita akan menghadapi puncak pemanasan. Bahkan jika sesuatu hanya mengurangi karbon dioksia atau menghilangkannya hanya selama 20 hingga 40 atau 50 tahun, saya merasa bahwa kita perlu melakukan segala yang kita bisa," tutur Jain.

Baca juga: Perdagangan Karbon Internasional di IDX: Baru 1 dari Energi Terbarukan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Bappenas Ingatkan Dampak Ekspansi Sawit yang Terlalu Cepat dan Kesampingkan Keberlanjutan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau