KOMPAS.com - Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Environmental Science menemukan kabut berpotensi menjadi sumber air yang penting untuk berbagai keperluan penting mulai dari irigasi hingga konsumsi manusia.
Temuan ini pun dapat menjadi solusi dari krisis air yang melanda beberapa wilayah di dunia.
Dalam studi ini, peneliti berfokus pada kabut yang terdapat di Alto Hospicio, kota di tepi Gurun Atacama, Chili yang merupakan tempat terkering di Bumi.
Wilayah itu rata-rata mendapat curah hujan kurang dari satu milimeter setiap tahun.
Mengutip Popular Mechanics, Rabu (26/2/2025) masyarakat sekitar pun bergantung pada sumber air bawah tanah besar yang disebut akuifer bawah tanah.
Baca juga: Permukaan Air Laut Naik 2 Cm Hanya dari Pencairan Gletser
Menurut U.S. Geological Survey, akuifer terbentuk ketika batuan berpori yang mengandung air dengan mudah mengalirkan air ke sumur dan mata air.
Meskipun ini mungkin tampak seperti sumber air yang dapat diandalkan, akuifer di Alto Hospicio belum terisi ulang selama lebih dari 10.000 tahun.
Untuk mengetahui seberapa efektif kabut sebagai sumber air, peneliti menggunakan alat pemanen kabut sederhana dengan sepotong kain kasa yang digantung untuk mencegat kabut.
Tetesan air terbentuk pada kain dan akhirnya mengalir ke selokan menuju tangki penyimpanan. Menurut para peneliti, sistem ini berbiaya rendah, pasif, dan perawatannya mudah.
Setelah penelitian selama setahun pada 2024 lalu, para peneliti menemukan bahwa sistem pemanen kabut dapat menghasilkan rata-rata 2,5 liter air per meter persegi setiap hari.
Selama musim puncak--yang terjadi bulan Agustus hingga September, pemanen kabut berpotensi mengumpulkan 10 liter air per meter persegi sehari.
Baca juga: Kelangkaan Air Jadi Masalah Terbesar Abad Ini
Peneliti juga menyatakan bahwa jaringan pipa sepanjang 17.000 meter persegi dapat menghasilkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air mingguan (300.000 liter) bagi masyarakat yang menghadapi kesulitan serupa seperti di wilayah Alto Hospicio.
“Temuan kami menunjukkan bahwa kabut dapat berfungsi sebagai sumber air pelengkap perkotaan di daerah kering di mana perubahan iklim memperburuk kondisi stok air.” kata Dr. Virginia Carter Gamberini, salah satu penulis pertama studi tersebut.
Menurutnya lagi, mengatasi kelangkaan air dapat memperbaiki ketimpangan sosial karena pertumbuhan perkotaan dan kekeringan hebat.
"Pengumpulan dan penggunaan air terutama dari sumber nonkonvensional seperti air kabut, merupakan peluang utama untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk,” tambahnya.
sumber https://www.popularmechanics.com/science/green-tech/a63868901/fog-farming-water-vapor/
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya